Maafkanlah mereka  tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Entah ini kata-kata penghiburan atau bijaksana. Yang jelas kadang tidak harus menjelaskan apa sesungguhnya yang  terjadi agar orang lain mengerti.
Pagi ini, setelah beberapa hari menemani Papa di rumah sakit mata rasanya sulit terbuka. Sarapan dan kopi tak mempan membuat mata ini segar. Terpaksa harus menahan kantuk yang luar biasa. Apa daya taksadar mata harus terpejam dengan sendirinya.Â
Kondisi ini sebenarnya tak begitu mengganggu pekerjaan, tetapi memang  tak sedap dipandang mata. Pasti ada tanya, tetapi rasanya tak perlu menjelaskan.Â
Karena dalam tulisan ini saya tidak akan membahas soal benar atau salah apa yang terjadi. Dalam hal ini pasti akan ada perdebatan saling menyalahkan dan pembenaran. Yang ada tak bertemu ujung. Melelahkan. Buat apa?Â
Kondisi mengantuk ini, saya pikir di mana-mana sama saja efeknya. Mereka yang melihat biasanya akan  bercanda, meledek, mengejek, mengolok, dan teman-temannya. Biasa lah. Pasti paham.Â
Dalam kondisi ini sering kita mudah terpancing amarah. Mudah tersinggung.
Bagaimana tidak?Â
Di saat kita dalam keadaan sedih dan lelah ditambah ngantuk yang bukan disengaja  malah menjadi bahan ledekan. Di mana saat kita sebenarnya butuh penguatan,  justru menjadi bahan candaan. Mengesalkan, bukan?
Betapa sakitnya hati ini. Sepertinya ada lirik lagu seperti ini ya? Tolong nyanyikan bila ada sebagai penghiburan.Â
Acap kali kita memang ingin dimengerti. Manusia memang egois. Padahal tidak dari sananya. Aslinya setiap manusia memiliki sifat legawa. Â Sayang hilang entah ke mana dalam perjalanannya.
Kehidupan membuat kita hanya memilih ingin dimengerti sehingga lupa untuk mengerti lebih dahulu.Â
Mereka yang meledek atau mengejek karena memang melihat kondisi kita saat itu apa adanya. Apa yang mereka lihat adalah benar seperti yang terjadi. Â Tentu tidak mau repot mencari apa penyebabnya. Â Tidak bisa menyalahkan dengan semena-mena juga.Â
Nah, di sini kita yang mesti mengerti karena pasti tahu kondisi kita yang sebenarnya. Â Menurut saya ini lebih penting, walaupun harus menahan rasa.Â
Menurut pengalaman selama ini ada yang dengan baik bisa menerima ketika dijelaskan kondisinya. Bisa memaklumi dan menyarankan untuk istirahat. Ada juga yang malah menganggap bercanda atau mengabaikan.Â
Oleh sebab itu tidak semua hal harus kita jelaskan. Kita tidak perlu  berkeras agar orang lain mau mengerti kondisi kita. Namun yang lebih penting kita yang mengerti kondisi mereka.
Karena sikap dan karakter orang pasti tidak selalu sama. Kita tidak bisa mengharapkan semua orang akan bersikap sama terhadap kondisi kita. Walaupun sering  kali sifat egois ini hendak menguasai sehingga tergoda untuk memberikan penjelasan.Â
Keinginan  untuk menjadikan tak jarang justru akan salah dipahami sebagai pembelaan diri. Alih-alih mendapat simpati. Pengalaman selama ini bisa menjadi bukti. Jadi, diam memang lebih berarti.Â
Tidak perlu menjelaskan yang sebenarnya memang membutuhkan kerendahan hati. Sayangnya kita sulit keluar sebagai pemenang dalam kondisi ini.
@09 Juni 2021Â
K71 untuk InspirasianaÂ