Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahar Selalu Mahal: Buah dari Salah Kaprah Memahami Belis

18 Oktober 2020   17:30 Diperbarui: 18 Oktober 2020   21:57 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Alamak! mahal kalilah ko (kamu) punya mahar, Nona,"

Demikianlah gerutu Philip suatu hari kepada Puspa, kekasihnya, melalui sambungan telefon. Philip menggerutu demikian ihwal sebelumnya dia mendengar pihak keluarga Puspa meminta mahar nikah (belis) dengan jumlah ratusan juta rupiah.

Menurut Philip, seperangkat mahar nikah yang diminta oleh keluarga Puspa itu jumlahnya sangat keterlaluan. Selebihnya, sama sekali tidak mengedepankan unsur 'momang' (kasih kepada calon anak mantu).

Namun, respon Puspa hanya datar saja. Dia tidak bisa berbuat banyak, lantaran keputusan menyangkut jumlah mahar nikah itu sepenuhnya berada di tangan orang tua dan keluarga besarnya.

Puspa sadar bahwa begitulah laku dalam budaya patriarki. Dia bukanlah pribadi yang sepenuhnya otonom. Dia tidak selamanya bebas dalam menentukan aras hidup, pasti ada rambu-rambu yang tidak boleh dilangkahi begitu saja. Demikian pun dalam penentuan mahar nikah dirinya, misalnya.

Kurang lebih, begitulah potret singkat dari ribetnya proses pernikahan adat di tempat Philip, Pulau Flores.

***

Seiring berjalannya waktu, biaya pernikahan adat masyarakat di Pulau Flores memang jumlahnya tak sedikit. Penyebabnya tak lain karena gengsi sosial dan adanya salah kaprah dalam memahami konsep belis itu sendiri.

Pada galibnya, belis dalam pernikahan adat Flores pertama-tama harus dilihat sebagai 'penghargaan' terhadap rahim. 

Sebab, hanya perempuan sajalah yang mempunyai rahim untuk mengandung, kemudian melahirkan dan menjadi seorang ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun