Mohon tunggu...
Dede Sudiarto
Dede Sudiarto Mohon Tunggu... An Observer

Independent Research Consulting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun pendidikan dari hal-hal kecil : fondasi menuju kajian mendalam

18 September 2025   10:26 Diperbarui: 18 September 2025   10:26 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Dede Sudiarto - Penulis

Oleh : Dede Sudiarto

Pendidikan adalah proses panjang yang sejatinya dibangun dari hal-hal kecil yang konsisten, sederhana, namun berdampak mendasar. sikap saling menghargai dalam kelas, serta pembiasaan membaca dan menulis setiap hari adalah fondasi yang menentukan arah kualitas pendidikan. Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di Indonesia terus meningkat, begitu pula jumlah guru yang telah memenuhi kualifikasi akademik. Namun, capaian angka ini belum sepenuhnya berbanding lurus dengan kualitas keterampilan dasar siswa. UNESCO (2022) menekankan bahwa kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh akses, tetapi juga oleh kemampuan siswa memahami bacaan, berpikir kritis, dan mengekspresikan ide secara tertulis. Artinya, fondasi kecil dalam proses belajar harus diperkuat sebelum menambah pengetahuan yang lebih kompleks.

Sering kali, proses pembelajaran di sekolah masih didominasi oleh tuntutan menyelesaikan target kurikulum dan materi. Guru dan siswa berkejaran dengan silabus, sehingga orientasi lebih banyak diarahkan pada ujian dan nilai, bukan pada pemahaman. Padahal, seperti diingatkan John Dewey, filsuf pendidikan Amerika, pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, melainkan kehidupan itu sendiri. Pendidikan seharusnya menjadi ruang untuk membentuk cara berpikir yang mendalam (deep thinking), bukan sekadar hafalan. Jika siswa tidak tahu, mereka harus dilatih untuk mencari tahu. Jika belum bisa, mereka harus didorong untuk berusaha hingga bisa. Mindset inilah yang akan melatih daya tahan intelektual dan mengasah pola pikir berkelanjutan.

Fakta di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang gagap dalam keterampilan dasar. Laporan Bank Dunia (2020) tentang Learning Poverty menegaskan bahwa lebih dari 50% anak usia 10 tahun di negara berkembang, termasuk Indonesia, tidak mampu memahami teks sederhana. Hal ini terlihat dari banyak siswa yang masih terbata membaca, menulis seakan masih belajar mengeja, tidak mampu menangkap makna sebuah kalimat, bahkan kesulitan merangkum bacaan sederhana. Paulo Freire, seorang tokoh pendidikan kritis dari Brasil, pernah menekankan bahwa membaca bukan sekadar melafalkan kata, melainkan "membaca dunia" dan menemukan makna di balik teks. Tanpa kemampuan dasar itu, proses pembelajaran akan berhenti pada kulit luar dan tidak pernah menyentuh esensinya.

Pendidikan yang hanya berorientasi pada penyelesaian materi dan pencapaian nilai ibarat sebuah cangkang kosong: tampak berisi dari luar, tetapi rapuh dan tanpa substansi. Esensinya adalah bagaimana siswa mampu menuntaskan pemahaman dasar membaca, menulis, memahami, dan berpikir logis, sebelum melangkah pada pengetahuan baru yang lebih tinggi. Howard Gardner, pencetus teori kecerdasan majemuk, menegaskan bahwa pembelajaran sejati adalah bagaimana anak memahami konsep secara mendalam, bukan sekadar mengingat informasi. Dengan demikian, penguatan mindset belajar jauh lebih penting ketimbang sekadar penyediaan fasilitas.

Dalam kerangka ini, membangun pendidikan dari hal-hal kecil berarti menumbuhkan budaya berpikir mendalam dan rasa ingin tahu yang tak pernah padam. Pendidikan tidak boleh berhenti pada pencapaian nilai ujian atau sekadar melengkapi sarana. Lebih dari itu, ia harus menjadi proses yang memerdekakan pikiran, menuntun siswa untuk menemukan makna, dan mempersiapkan mereka menjadi manusia yang mampu berpikir reflektif dalam menghadapi tantangan nyata. Dengan memperkuat mindset sejak dini, Indonesia dapat membangun generasi pembelajar sejati yang tidak hanya cakap secara akademis, tetapi juga tangguh dalam menghadapi kompleksitas zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun