Bahkan ketika pertanyaan diubah dari bahasa Jerman, kadang dijawab juga dalam bahasa Indonesia. Prediksi saya bisa saja, melalui form login dengan menggunakan email itu, kemungkinan besar sistem ChatGPT mengkonfirmasi bahasa yang dipakai oleh penanya.
Meskipun demikian ChatGPT punya beberapa kekurangan:
1. Jawaban ChatGPT tidak pernah berorientasikan pada pengalaman pribadi seseorang yang terkenal
Sejauh saya amati beberapa jawabannya tidak pernah merujuk pada pengalaman yang lebih personal. Oleh karena itu, jawaban ChatGPT lebih merupakan rangkuman jawaban (Zusammenfassung).
Penjelasan singkat padat dan jelas dan tidak bisa menggunakan bahasa populer. Tapi, saya percaya bahwa dalam perkembangan sistem itu agar meregistrasi bahasa-bahasa pemakai, dan bisa saja suatu waktu bisa menggunakan bahasa populer.
Jawaban ChatGPT tampak sekali minim contoh. Oleh karena saking fokusnya pada pertanyaan, maka tampak begitu kaku dan tidak pernah kenal yang namanya basa basi.
2. Mesin cerdas itu ternyata tidak bisa menjawab pertanyaan dalam bahasa daerah
Gak tahu kenapa, saya tiba-tiba ada ide untuk mengukur kemampuan ChatGPT yang katanya mesin cerdas itu, apakah dia tahu juga bahasa ibuku.
Eh ternyata dia menyerah hahaha. Di situlah saya yakin bahwa mesin cerdas ini pasti kalah bersaing dengan orang Indonesia. Dengan kata lain, orang Indonesia lebih cerdas dari mesin ini.
Kok gitu sih? Coba bayangkan jawaban ChatGPT tidak pernah bisa dalam kutipan yang terkait dengan local wisdom. Dari situ, saya menemukan kelemahannya bahwa ChatGPT menjauhkan orang dari akar budaya, bahasa dan adat istiadatnya.
Atau bisa saja, mesin ini akan semakin cerdas jika kita membantunya dengan memberikan informasi dengan catatan bahasa-bahasa daerah kita sendiri.