Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kepulan Asap Nuklir

5 Maret 2022   01:49 Diperbarui: 5 Maret 2022   02:13 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepulan asap nuklir | Dokumen diambil dari: heute.at

Oh apa yang akan terjadi  ketika asap nuklir mengepul tinggi dan jatuh membalut bumi? Kemusnahan diambang mata.

Teganya penguasa yang serakah. 

Siapakah manusia? Apakah arti dari kehidupan ini? Adakah Tuhan itu buta? Beribu pertanyaan menggelontor keluar dari pikiran manusia.

Eropa diambang kehangusan. Eropa dalam balutan duka yang tidak pernah kenal kata aman dan selamat hanya karena kepulan asap kebocoran nuklir di sana.

Mau lari ke mana? Berpikir tentang kematian massal? Itu sudah saatnya, yang tua-tua mulai bicara tentang dampak Hiroshima. Trauma sejarah Hiroshima yang tersambung kembali ke Ukraina.

Perang pun pecah, unit-unit pembangkit tenaga nuklir terancam pecah dengan ledakan mega skala berdampak mematikan sudah mulai terasa.

Siapa yang bertanggung jawab atas semua kehancuran ini? Pertanyaan dari generasi yang pernah merasakan kejamnya perang dunia kedua.

Trauma seperti kembali mengepul asap kecemasan dari raga yang pernah tersiksa di penjara. Tersembunyi di bawah kolom jembatan, merana bermalam-malam di gudang bawah tanah.

Narasi duka yang mestinya tidak perlu terulang sekarang. Cukup sekali sejarah itu dibiarkan ada. Namun, sekarang semuanya sudah berulang dari ulah orang-orang yang mati rasa.

Peduli pada manusia dan bumi seperti sudah terlupakan sejak 24 Februari 2022 silam. Hidup ini keras dan ganas. Hidup ini tak sanggup lagi elakan kepulan asap fana yang bawa musnah manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun