Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilema Kurikulum Merdeka, antara Prioritas Cinta NKRI dan Radikalisme

17 Februari 2022   11:49 Diperbarui: 18 Februari 2022   11:13 2729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berani mengadakan yang baru supaya dari segi kepastian dan jaminan kecepatannya bisa meyakinkan sebagai sang juara. Sebaliknya kalau sepeda motor lama, sudah pasti lambat dan macetnya ampun deh, baru beberapa kilometer mesin sudah panas sekali, ini cuma sebuah analogi.

Indonesia mungkin perlu merefleksikan ulang arti kurikulum itu. Nah, oleh karena itu, analisis selanjutnya terkait juga dengan kurikulum baru yang bisa diterjemahkan sebagai "balapan merdeka"

"Balapan merdeka"

Ilustrasi tentang dilema kurikulum merdeka antara prioritas dan radikalsime | Dokumen diambil dari: newssetup.konten.co.id
Ilustrasi tentang dilema kurikulum merdeka antara prioritas dan radikalsime | Dokumen diambil dari: newssetup.konten.co.id

Setelah memahami arti kurikulum dari kata aslinya, sekarang mari kita coba analisis isi dari kurikulum merdeka itu sendiri. Dari uraian tentang kurikulum merdeka itu terlihat jelas sekali bahwa unsur kebebasan menafsir terkait apa itu dan bagaimana kurikulum merdeka juga diberikan kepada setiap guru. 

Satu hal yang pasti bahwa tema kurikulum merdeka menyoroti aspek otonomi guru dalam menangani kurikulum itu. Ya, guru punya wewenang penuh dalam merancang kurikulum untuk anak didiknya.

Pemaknaan kata "merdeka" di sini sama dengan setiap guru dan murid diberikan hak otonomi dalam penentuan sendiri bidang apa saja yang penting bagi mereka. Hal ini tentu sangat menarik. Sekali lagi, kurikulum merdeka, sama seperti peluang baru yang diberikan kepada setiap sekolah untuk berinovasi sehebat mungkin sehingga menjadi pemenang dalam laga balapan dengan perkembangan zaman saat ini.

Dalam bahasa metaforis bisa dikatakan bahwa setiap sekolah diberikan kebebasan untuk merancang jenis mesin apa yang punya kekuatan (Kraft)dan kecepatan (Schnelligkeit) sebagai pemenang. Sekolah akhirnya menjadi seperti sebuah bengkel mesin yang mendesain jenis motor yang menjadi terdepan.

Dalam arti seperti itu, saya katakan gagasan menteri Nadiem Makarim sangat menarik. Namun, bagaimana dengan sekolah-sekolah atau bengkel motor yang tidak punya kemampuan finansial yang cukup. Bagaimana mereka bisa  membeli mesin dari luar negeri seperti motor BMW, Harley dan lain sebagainya.

Sangat mungkin bahwa bengkel di desa hanya bisa laris di desa. Atau apakah pemerintah dalam hal ini menteri pendidikan siap mensupport dana untuk pengadaan mesin-mesin baru dan siap membayar tenaga perancang mesin yang handal sehingga menghasilkan mesin yang punya speed tidak tertandingi itu sampai ke desa-desa?

Seharusnya seperti itu, sebab jika tidak punya andil dalam mensupport dana untuk kurikulum merdeka, maka ketimpangan dan ketertinggalan pendidikan di desa-desa akan menjadi semakin besar. Nah, sekarang kurikulum merdeka berhadapan dengan tantangan finansialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun