Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Bagaimana Menyiapkan Diri Menjadi Pendamping Orang Sakit?

29 Januari 2022   05:30 Diperbarui: 30 Januari 2022   15:34 2087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendampingi orang sakit.| Sumber: Thinkstock via Kompas.com 

Peran dari kata-kata, mimik, empati, simpati, ya perasaan dikerahkan seluruhnya sehingga pembicaraan (Gespraeh) itu benar-benar efektif untuk orang sakit. Ya, sekurang-kurangnya bisa membuat dia merasakan damai dan lebih mungkin menerima keadaannya.

Kematian yang menyenangkan kalau benar dialami oleh seseorang yang didampingi sampai pasien itu sendiri berpasrah diri dan menemukan simbol-simbol penting dalam kehidupannya.

3. Metode kursus secara keseluruhan

Kursus itu terasa sangat menarik oleh karena metode-metodenya. Pagi hari diawali dengan Impuls (semacam saat hening dan permenungan pagi), umumnya dilakukan dengan paduan musik, gerak, teks dan pernafasan.

Selanjutnya kami mendengar pengarahan singkat dari pendamping kursus (Kurs Leiter) tentang apa yang akan menjadi tema sentral hari ini. Satu yang tidak terlewatkan adalah bahwa kami diberikan kesempatan untuk sharing singkat 10 menit berdua-dua sebelum dimulai dengan materi inti. 

Penjelasan materi inti sekitar setengah jam, kami harus kembali ke kelompok entah berdua atau tiga orang dalam satu kelompok untuk mendiskusikan sebuah situasi nyata yang berangkat dari pengalaman di rumah sakit atau di penjara dan rumah jompo.

Kami diarahkan untuk mempertimbangkan tiga aspek penting dalam suatu pembicaraan (Gespraeh) dengan orang sakit:

  1. Bagaimana masuk awalnya memulai pembicaraan (Hinein)
  2. Bagaimana selama pembicaraan itu berlangsung (Hindurch)
  3. Bagaimana cara untuk mengakhiri kembali pembicaraan (Hinaus)

Ternyata untuk masuk sampai praksis dari tiga tahap itu bukanlah cara yang mudah. Apalagi untuk saya sebagai orang asing yang harus berbahasa Jerman. Konteks bahasa yang santun dan ramah disertai mimik yang tenang, damai dan respektvoll memang menyedot energi ekstra tenan. 

Belum lagi beberapa peserta berbicara dengan bahasa khas daerah (Umgangssprache). Meskipun demikian, keberagaman kami selalu menjadi warna yang indah bagi hangatnya suasana kursus kami. Seorang peserta mendekati saya dan bertanya seberapa berat komunikasi dalam kursus ini sebagai akibat dari perbedaan-perbedaan yang ada.

Saya menjelaskan kepadanya, perbedaan yang ada saat ini tidak seberapa dengan perbedaan di negara saya. Saya akhirnya menjelaskan kepadanya tentang keberagaman di Indonesia. 

Saya mengatakannya kepadanya, Indonesia punya 17 ribu pulau lebih, coba bayangkan satu pulau satu bahasa, jadi berapa bahasa yang ada di negara saya. Dia hanya berkata, "Oh Gott." atau Oh Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun