Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mimpi Petani Desa Menuju Bisnis Waralaba

23 September 2021   19:58 Diperbarui: 24 September 2021   10:41 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena itu, tema SDM itu adalah tema umum bukan cuma masyarakat, tetapi juga instansi-instansi yang berkaitan dengan desa pun sama terbatasnya. Apakah pengusaha waralaba hanya untuk orang-orang di kota? Tentu tidak. Nah, kalau begitu, kenapa jenis usaha seperti franchise itu tidak pernah dibicarakan di desa-desa?

Kalaupun itu dibicarakan dan tidak pernah ada dukungan berkaitan dengan urusan dokumen perizinannya, maka kendala untuk meraih mimpi menjadi begitu besar dan semakin sulit. Meskipun demikian, ini hanyalah sebuah kemungkinan yang bisa saja lain, perizinan bisa saja mudah didapat, namun alangkah baik jika wawasan tentang pengusaha waralaba itu sudah mulai disosialisasikan sampai ke desa-desa dengan segala kemungkinannya.

Ya, kemungkinan berkaitan hal-hal apa saja jika orang memulai usaha waralaba seperti, lokasi atau tempat usaha, modal, perizinan, jenis usahanya apa dan lain sebagainya. Tentu tidak bisa disepelekan juga bahwa orang perlu punya keberanian untuk memulai.

Pada kenyataan yang lain, sebagian masyarakat pedesaan ternyata mereka punya SDM dari hasil pengalaman kerja di Malaysia, misalnya adanya bisa menjadi tukang bangunan, punya keterampilan untuk bengkel kayu, ternak ayam, usaha kebun sayur, usaha cabe, melon dan lain sebagainya.

Memang mereka tidak punya sertifikat khusus atau tidak punya ijazah khusus, namun dari segi pengalaman kerja, rupanya mereka juga bisa diandalkan. Namun, mereka tidak tahu bagaimana mengembangkan usaha mereka sampai pada yang namanya waralaba.

Karena itu, mimpi masyarakat pedesaan adalah mereka memperoleh ruang dan kesempatan berupa seminar atau bentuk penjelasan lainnya yang terkait, bahkan akan lebih bagus lagi jika ada pola pendampingan berkelanjutan untuk masyarakat desa.

2. Manajemen bisnis

"Mimpi kecil selalu saja ada, namun tidak tahu harus mulai dari mana?" Ini ungkapan hati yang paling sering terdengar saat ada dialog kecil dan spontan dengan orang-orang desa. Sebetulnya hal seperti kembali lagi ke SDM. Cuma terlihat di lapangan, manajemen sederhana saja sudah susah, apalagi harus bicara manajemen usaha.

Lagi-lagi pertanyaannya siapa yang salah? Ulasan ini tidak bermaksud untuk mengungkapkan kesalahan pihak-pihak tertentu, tetapi lebih merupakan sorotan kenyataan agar semua bergandeng tangan mulai berbicara dan membuat rencana dari dasar ketertinggalan.

Peluang untuk suatu perubahan sebenarnya saat ini tidak begitu sulit kalau dibandingkan dengan era tahun-tahun 1980-1990. Faktor kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebenarnya sangat punya andil di dalamnya untuk meretas ketertinggalan.

Saat ini memang semua informasi itu sudah ada, seperti bagaimana caranya memulai usaha waralaba, ketik saja pada halaman google, maka orang akan menemukan sederetan artikel tentang tema waralaba. Atau bahkan bagaimana manajemen usaha waralaba, orang akan menemukannya di sana dengan cepat dan mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun