Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencermati Lahirnya Generasi Mati Rasa pada Masa Pandemi Covid-19

11 Juli 2021   14:52 Diperbarui: 11 Juli 2021   16:47 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa pandemi ini, orang boleh menjalin hubungan akrab dengan lingkungan alam tanpa curiga, namun tidak demikian terhadap sesama manusia. Alam adalah damaiku, padanya tersingkir cemas, cuma ada nafas lega.

Hampir satu setengah tahun virus corona tersebar di 190 negara di seluruh dunia. Penyebaran virus itu tidak pernah terpisahkan dari cerita-cerita tentang sesak nafas, serangan pada paru-paru manusia, kekurangan oksigen, kekurangan vaksin, lemahnya imun sistem tubuh dan lain sebagainya.

Semua detail cerita itu tidak pernah jauh dari cerita tentang duka dan kematian manusia yang hampir merata di seluruh dunia. Data tentang kematian yang dirilis de.statista.com dalam hubungan dengan kasus kematian di seluruh dunia  sejak Januari 2020 sampai dengan 5 Juli 2021 berjumlah 4.000.519.

Bisa saja data ini berbeda dari sumber data lainnya, namun sudah pasti angka kematian secara umum sudah mencapai lebih dari 4 juta manusia di seluruh dunia ini. 

Tulisan ini tidak bermaksud menakutkan pembaca, tetapi lebih pada mengungkapkan realitas yang ada bahwa virus corona sejak awal Januari 2020 hamilkan duka dan melahirkan kematian setiap hari.

Fenomena hamilkan duka dan lahirkan kematian manusia itu menjadi fenomena yang aneh. Mengapa? Sejak awal saya mendengar dan mengamati bagaimana komentar teman-teman dan siapa saja terkait kematian akibat covid, selalu saja ditemukan komentar-komentar yang aneh. 

Beberapa ragam komentar yang pernah ada seperti ini: "100 yang meninggal sehari dalam satu negara, ah itu gak banyak" Lalu ada juga yang mengatakan "12 ribu orang yang meninggal secara keseluruhan di negara kita itu hanya beberapa persen saja dari total jumlah penduduk."

Tentu banyak lagi ungkapan-ungkapan spontan lainnya, yang hemat saya tidak pernah dicermati dengan baik dampak dan pengaruhnya bagi tumbuhnya konsep tentang fenomena mati rasa di masa Pandemi ini. 

Berbanding terbalik, ketika misalnya terjadi kasus penyerangan terhadap beberapa orang di sebuah kota di Eropa atau di Indonesia, maka pemberitaannya menjadi begitu panjang, bahkan dihubungkan dengan hal-hal lainnya.

Benar bahwa sebab kematian itu turut menentukan bagaimana konsep orang tentang kematian. Akan tetapi, namanya kematian tetap saja sama memberikan dampak bagi orang-orang yang hidup suatu kehilangan dan duka yang mendalam. 

Apalagi kematian begitu banyak orang dalam waktu yang sama tentu meninggalkan duka dan kehilangan yang mendalam,  tidak hanya bagi keluarga dan sahabat serta kenalan, tetapi juga bagi semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun