Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Senja Kenangan di Kaimana

19 April 2021   02:11 Diperbarui: 20 April 2021   00:04 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja Kaimana. Dokumen pribadi oleh Ino

Senja dalam kenangan pada tahun 2014. Melukis senja ketika pria setengah baya pergi ke laut. Ia melangkah dekat perahu-perahu kayu yang diberi nama Kanu. Senja Kaimana bukan cuma terbingkai dalam lagu, tapi juga ditulis dari kucuran tinta pena penulis-penulis yang tercurah dan tercatat. 

Menyimpan kenangan pada tahun itu, tak pernah ada mimpi dan impian yang membisu, bahkan tiada bisikan halus untuk simpan semua itu. Terdampar karena foto itu pernah terkirim kepada teman, dia pecinta senja-senja dari Timur.

Senja dan kenangan hidup dibingkai kaku, tak bergerak meski waktu berlalu. Bercak awan itu  simbol hiasan  kota yang peduli janji dan cinta sejati. Awan-awan itu adalah bingkisan alam dari Pencipta untuk dikagumi manusia.

Tak terduga, ada yang menyimpan gambar kenangan hingga senja kembali tiba. Ya, gambar itu adalah sejarah. Sejarah tentang saat aku suka pada yang lain, pada dia, pada senja yang membisu dan tak bersuara.

Mengapa sebelum malam tiba, engkau mengubah raut wajahmu? Merah, hening berteman dengan labuan perahu-perahu nelayan kota Kaimana. Suatu panorama yang tak akan pernah terulang seperti dulu tahun 2014.

Itulah alasanku, mengapa wajahmu itu kusimpan dalam arsip hati yang penuh rindu. Sekali-kali, wajahmu bisa muncul kembali dan kutatap tanpa kedipan, hingga rindu membara ingin kembali ke Kaimana. 

Senja Kaimana meninggalkan sejarah, sejarah tentang makan soto ayam khas Makasar di pesisir laut di sana. Sedap-sedap, asam pedas, melirik-lirik ke pantai terlihat perempuan setengah baya mulai menatap ke barat mencari pasangan cinta.

Oh kota Kaimana, mengapa tinggalkan cerita hingga sekarang? Senjamu dikenang dalam ingatan dan cinta yang tidak pudar, meski mentari perlahan-lahan menguburkanmu di barat. 

Tiada duanya, indahmu menuai kata-kata dan tulisan, lagu dan syair-syair indah. Kau mempesona sepanjang waktu di Timur Indonesia. Sebuah lukisan cuma-cuma tentang sejarah, diberikan dari hari-hari saat senja merapat di depan mata. 

Salam berbagi, ino, 19.04. 2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun