Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

The Call to Conversion dari Profesor Pareira: Relevankah Hingga Sekarang?

15 Februari 2021   22:20 Diperbarui: 15 Februari 2021   22:55 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku itu seharga lebih dari satu juta rupiah. Tak terpikirkan bahwa kekayaan negeri dan bangsa Indonesia ditulis orang asing dan dijual begitu mahal. Gila amat ya. Saya membeli buku itu karena di Universitasku belum ada. Anehnya, tiga bulan kemudian, buku itu sudah ada di perpustakaan Universitas tempat saya kuliah.

Dari situ saya mengerti, bahwa bagi para dosen di Universitasku, buku-buku penting yang pernah dijadikan sumber tulisan mahasiswa harus didatangkan dan wajib menjadi daftar buku di perpustakaan. Cerita inilah yang menjadi jawaban, mengapa buku "The Call to Conversion in Ezekiel Exegesis and Biblical-Theology" tersimpan di beberapa universitas di Eropa.

Karya Berthold Anton Pareira itu berisikan studi tentang arti dan pentingnya panggilan dalam Yehezkiel. Ada tiga kesimpulan penting tentang panggilan pertobatan yang dibahas dalam bukunya:

1. Dalam konteks sebelum jatuhnya kota Yerusalem pada tahun 586, secara khusus terkait konteks pernyataan tentang hukum yang tidak dapat dihindari Israel, karena Israel telah menjauhkan dirinya dari Yahweh melalui penyembahan berhala (Lih, Yehz 6,1-7;8-11; 16, 1-43b).

Panggilan kepada pertobatan itu berangkat dari peringatan Tuhan akan pengucilan sinkretis dari komunitas. Tujuan dari peringatan itu bermanfaat untuk menangkap hati bani Israel. Karena itu, dalam seruan penuh gairah untuk bertobat, Yehezkiel mengobarkan tuntutan agar bani Israel membuat perubahan arah pribadi dari penyembahan berhala untuk kembali kepada jalan yang benar. (bdk. Berthold A. Pareira, The Call to Conversion..hlm. 49)

2. Seruan untuk bertobat pada Yehezkiel 18: 30 b-32 diucapkan Yehezkiel setelah jatuhnya kota Yerusalem. Panggilan pertobatan itu ditujukan kepada orang-orang Israel yang mempertanyakan dan memberontak terhadap keadilan Tuhan yang terjadi dalam hukuman kolektif kepada Israel pada tahun 586.

Ada dua motivasi dari panggilan pertobatan itu yakni pertama, motivasi terkait komitmen masa depan untuk memperbarui dan menghukum setiap orang secara individu. Motivasi kedua, yakni pernyataan kehendak penyelamatan-Nya, yaitu agar orang fasik dapat hidup melalui pertobatan dan kesetiaan. Seruan pertobatan kedua bertujuan agar Israel memiliki iman yang akan memberikan hidup bagi setiap orang melalui pertobatan dan kesetiaan.(Ibid., hlm. 19 dan 50).

3. Seruan pertobatan yang ketiga dalam Yehezkiel 33:11 disampaikan setelah jatuhnya kota Yerusalem. Alamat dari seruan ini adalah untuk orang-orang yang putus asa, karena dosa-dosa mereka, mereka mengira bahwa mereka ditakdirkan untuk mati di pengasingan dan bahwa tidak ada kehidupan setelah hukuman ini.

Tujuan dari warta pertobatan yang disampaikan Yehezkiel adalah agar orang-orang kembali dari cara hidup jahat dan yakin bahwa melalui pertobatan, seseorang akan memperoleh kehidupan. Motivasi dasar dari seruan ini adalah kehendak penyelamatan Yahweh agar orang fasik dapat hidup melalui pertobatan. (Ibid., hlm. 16 dan 51).

Romo Berthold A. Pareira meninggal di tengah krisis korona dan ia meninggalkan pertanyaan : apa yang Allah kehendaki dari Pandemi ini? Ya, saya hanya bisa menafsir dari sudut pandang saya bahwa mungkin itu terkait dengan tiga kesimpulan di atas: Adalah mungkin bahwa dunia ini hiduplah orang-orang yang semakin menjauhkan diri mereka dari Allah, maka pertanyaan Romo Pareira sekaligus merujuk kepada pesan pertobatan sebelum kejatuhan kota Yerusalem.

Terkait mempertanyakan dan memberontak terhadap keadilan Tuhan, saya yakin konteks itu relevan saat ini di tengah wabah korona dan bencana. Dan selanjutnya terkait orang yang putus asa, saya percaya bahwa warta pertobatan Yehezkiel yang diuraikan Romo Berthold A. Pareira adalah suatu pencerahan dan motivasi di tengah krisis ini untuk coba melihatnya dari sisi yang tidak biasa, yakni dari sisi iman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun