Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ibu yang Tersungkur

3 Februari 2021   02:27 Diperbarui: 3 Februari 2021   02:40 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adegan jatuh,    

adegan memalukan   

Tak pernah menanti  

Tak suka sang ibu mencium kaki

Entschuldigung....Lalu aku mengangkatnya berdiri
Rasa tak pantas berontak seru dalam hati
Mengapa tidak hati -- hati?
Tak pantas sang ibu mencium kaki

Kisah tak terduga di pusaran bumi
Kasih tak hanya miliki hari ini
Kisah kasih bukan milikku sendiri
Kitab kasih dibaca setiap hari

Ibu....Mengapa engkau mencium kaki?
Ibu....Aku tak menuntutmu untuk mencium kaki
Ibu....tak pantas itu terjadi
Ibu....Siapa namamu dalam kisah tempo hari

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun