Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Adalah Kebebasan

30 Januari 2017   23:51 Diperbarui: 31 Januari 2017   01:04 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu cara untuk membentuk budaya literasi adalah keberlanjutan. Selalu istiqomah dalam membaca. Tidak hanya sekedar membaca yang sesuai dengan pemahaman kita tetapi juga yang berbeda. Sayangnya orang lebih banyak berhenti membaca karena sudah merasa paling tau semuanya. Padahal semakin membaca semakin kita menyadari bahwa kita ini tidak tau. Dari tau menjadi tidak tau, itulah efek membaca.   Cara lainnya untuk membentuk budaya literasi adalah dengan pendekatan akses fasilitas, kemudahan akses, murah, dan menyenangkan.

 Pena dan buku didirikan di pasar salah satunya karena ingin mendekatkan diri kepada warga pasar pada umumnya, dan anak anak pasar pada khususnya. Literasi harus dikenalkan sejak dini, dimulai dengan kebiasaan mendongeng, saling bercerita di keluarga, saling menulis surat (aku masih menyimpan surat surat ku dari almarhumah omaku), membacakan buku cerita. Dibuat dengan situasi menyenangkan dulu, bebaskan dari kata kata "ini buku jelek ini buku bagus", lebih tepatnya "ini buku yang sesuai dengan usiamu dan ini buku yang nanti kamu baca ketika kamu sudah besar". Buatlah buku menjadi sahabat, ciptakan rasa senang bila melihat buku.

Kegiatan rutin seperti mendongeng dan mewarnai untuk anak anak dilakukan setiap minggu sore di pena dan buku. Kegiatan selasar yang berkonsep sharing pengalaman juga rutin diadakan. Karena sejatinya itulah yang membuat buku “hidup” dan  mampu berkomunikasi dengan pembacanya. Sekarang beberapa preman pasar menjadi pengunjung setia pena dan buku, mereka mulai menyempatkan dirinya membaca di waktu luang. Ah mungkin sebenarnya bukan hanya karena ketakutan membaca, tetapi juga karena kesulitan akses.

Maka akhirnya, membaca itu adalah sebuah kebebasan, bebas berimajinasi, bebas mengenal sesuatu yang berbeda, dan bebas  memahami makna yang berbeda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun