1.Â
Suatu senja, aku melihat sebuah cerobong asap di Ponre Waru
menyemburkan sesuatu yang bukan asap
tetapi:
tanda bahwa manusia masih bisa melawan ketidakberdayaan
dengan membakar dirinya sendiri.
2.Â
Ada seorang lelaki di balik itu.
Namanya? Nanti semesta yang memberi tahumu.
Itu bukan nama karakter dalam tragedi mitologi,
meski ia hidup dalam dimensinya.
Kalau ini sebuah sejarah,
ia bukan Che Guevara
bukan Soekarno,apalagi Al Hallaj
mungkin Prometheus tapi tanpa rantai.
Karena tak ada dewa yang mengikatnya
selain tekad yang tak ingin disembuhkan.
3.Â
Dia tidak banyak bicara.
Dan justru karena itu,
kata-katanya lebih tajam dari kampanye.
Lebih sunyi dari doa yang diselipkan dalam keringat para buruh.
Dan lebih membekas
seperti ukiran di batu yang basah.
4.
Kau bisa membangun pabrik,
tapi tidak semua orang bisa membangun makna.
Dan pabrik yang dibangunnya,
adalah semacam puisi industri,
yang tidak mengundang air mata,
tapi rasa tanggung jawab.
5.
"Kenapa kau mendirikan smelter ini?"
Jika kau tanya padanya,
mungkin ia hanya akan tersenyum,
atau mengalihkan pandangan ke langit.