Bagi saya, mempertahankan otonomi mendengarkan berarti belajar untuk sesekali keluar dari rekomendasi algoritma, mencari musik secara manual, mendukung produser kecil, dan memberi ruang bagi ketidakterdugaan. Kita perlu mengingat bahwa musik bukan hanya tentang angka pemutaran atau posisi dalam playlist, tetapi tentang pengalaman emosional yang membentuk identitas dan kebebasan kita sebagai manusia. Mungkin, dalam kebisingan digital yang kini dikelola oleh algoritma, bentuk perlawanan paling sederhana adalah mendengarkan secara sadar: memilih dengan rasa, bukan hanya dengan data.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI