Mohon tunggu...
mona ^_^
mona ^_^ Mohon Tunggu... -

Chocolate lover | Travelling holic | Lovely alone

Selanjutnya

Tutup

Money

Minyak Nabati

13 Maret 2012   23:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:06 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Mari nulis, mari bicara (minyak). ^_^

Menuliskan minyak nabati membuat terbayang-bayang protein nabati dan vegetarian. Sebab nabati menurut kamus besar adalah mengenai (berasal dr) tumbuh-tumbuhan. Begitu pula dengan protein nabati dan vegetarian, yang ‘dekat’ dengan tumbuh-tumbuhan.

Nah, di ‘musim’ harga-harga yang mulai melambung semakin tinggi karena rencana kenaikan harga BBM yang pembahasannya sungguh bertele-tele dan dampaknya justru lebih parah ini. Dan satu lagi, di ‘musim’ hasil karya kreativitas anak negeri ini sedang menjadi banyak sorotan. Mari berbicara minyak nabati.

Kalau Amerika dan Eropa sedang ketar-ketir karena Iran akan menyetop pasokan minyaknya jika Iran di boikot. Maka, meskipun gonjang-ganjing rencana kenaikan BBM dan kenaikan harga-harga yang lain mulai bisa dirasakan, Indonesia tetap berdiri tegak, tegap dan pede jaya. J

Indonesia terkenal dengan salah satu Negara penghasil PCO (minyak kelapa sawit) terbesar di dunia. Jadi, jangan takut jangan bimbang kalau sekedar mau makan gorengan, mie goreng, nasi goreng, ayam goreng, dan goreng-goreng yang lain-lain. Minyak untuk menggoreng dengan berbagai jenis ada banyak di pasaran Indonesia. Beragam bahan baku, beragam kualitas dan beragam resiko. Wajah di Indonesia aja bisa menghasilkan minyak. :p

Sudah terlalu jauh melanturnya. Tulisan ini memang berbicara tentang minyak nabati, tapi bukan minyak nabati yang biasa untuk menggoreng srang sreng itu. Minyak nabati ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternative selain minyak tanah, batubara dan gas untuk bahan bakar kompor.

Meskipun banyak kreativitas anak-anak negeri yang dicuekin, tetap tidak menyurutkan mereka untuk berinovasi. Bahan bakar alternative dari tumbuhan jarak, minyak jelantah, kotoran hewan sampai batubara ternyata juga kurang nge-trend. Kreativitas tetap jalan terus, maju terus pantang mundur, merdeka!

Bagaimana kalau produsen besar yang berbicara? Beberapa waktu lalu sebuah produsen yang memegang hak distribusi kompor berbahan minyak nabati meluncurkan produknya, Kompor Nabati.


Untuk pertama kalinya, kompor nabati mulai dipasarkan kepada masyarakat Jakarta. Disebut kompor nabati, karena kompor tersebut menggunakan bahan bakar minyak dari tumbuh-tumbuhan.

Keunggulan yang paling utama yaitu, kompor nabati bisa menggunakan minyak bekas menggoreng makanan atau yang sering disebut minyak jelantah, sebagai bahan bakar kompor.

Kompor nabati juga diklaim mampu memasak dua kali lebih cepat dibanding kompor minyak tanah. Kompor tersebut juga cukup hemat. Hanya dengan satu liter minyak goreng bekas, bisa untuk memasak selama empat jam.

Kompor nabati dijual seharga Rp275 ribu. Produsen kompor akan terus berupaya mengembangkan kompor nabati, sehingga bisa dijual dengan harga yang lebih murah lagi.

from >> http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/03/13/147065/Kompor-Nabati-Berbahan-Bakar-Minyak-Jelantah/6

Akan kah berhasil? Menjadi bahan bakar alternative yang lebih murah, bersahabat dengan lingkungan dan membantu mengurangi kanker. Kanker? Ya. Supaya minyak goring bekas pakai tidak diakali oknum nakal untuk di re-kondisi dengan berbagai macam zat mengerikan untuk kemudian digunakan kembali sebagai minyak goring. Kalau untuk minyak rambut, it’s ok, lah… :p

Berminat?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun