Mohon tunggu...
Inggar Pratiko
Inggar Pratiko Mohon Tunggu... -

Sebagai Penerima Ilmu di Informatics Engineering, Technology University of Yogyakarta. Tertarik untuk menelisik lebih dalam dunia IT, Suka segala macam yang berbau Mangga (Bukan buah)dan mulai tertarik dengan dunia tulis. \r\n\r\nLet's learning and growing together!! :D

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dinginnya Menusuk Dada, namun Semangatnya Selalu Membara

19 Agustus 2013   09:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:08 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah ulasan tentang sekelumit gambaran kehidupan, rutinitas dan secercah perjuangan di kalangan masyarakat daerah pedesaan.

Seperti biasanya pagi ini saya mengantar ibu untuk berbelanja ke Pasar Legok (sebuah pasar tradisional yang hanya menjajakan dagangan di pagi hari), rutinitas pagi yang biasa saya lakukan bila sedang berada di kampung halaman selagi masa liburan. Baju tebal, jaket dan celana berlapis tak lupa saya kenakan, niat hati agar tidak kedinginan di pagi ini namun  dinginnya udara pagi yang menggerayapi setiap pori-pori kulitpun tetap tak dapat terelakan. Ya. . . Daerah disini tergolong dataran tinggi yang memang tak pernah luput dari udara yang super dingin saat pagi hari.

Suasana ramai ala pasar sudah menjadi pemandangan yang lumrah terlihat. Prosesi jual-beli mulai dari yang menjajakan sayuran, jajanan, kebutuhan pangan sehari-hari hingga perabotan dapur atau sejenisnya dijajakkan dipasar ini. Pelaku jual-belipun bervariasi, sebagian besar pembeli disini memang berbelanja untuk dijual kembali,  ada pembeli yang berbelanja untuk konsumsi pribadi, bahkan ada yang hanya sekedar mampir sejenak setelah berjalan-jalan atau olahraga pagi. Proses  Tawar-menawar, Antar-jemput ala tukang ojek dan aktifitas lainnya  membuat suasana pasar lebih dinamis.

Dalam hiruk pikuk kegiatan transaksional di pasar itu, ada satu yang menjadi pusat perhatian saya yaitu seorang nenek lanjut usia bernama nenek Risem yang menjual jajanan pasar khas banyumas sejenis klepon, getuk, intil, oyek dan bintul yang dijajakan dengan dikemas daun pisang. Jajanan tersebut membutuhkan proses pembuatan yang cukup kompleks, tentunya butuh waktu dan tenaga untuk membuatnya. Bukan makanan yang menjadi pusat perhatian saya, namun semangat dan perjuangan nenek tersebut. Diusianya yang sudah sangat lanjut, asanya tak ikut menciut. Dengan kondisi tubuh yang sudah rentan itu beliau tetap semangat dalam menjual barang dagangannya dan melayani para pembeli.  Yang membuat saya takjub, Ternyata setiap paginya untuk berangkat berdagang dipasar harus menempuh jarak  5 km dengan berjalan kaki dan membawa barang-barang dagangannya. Sungguh luar biasa bagi seorang nenek seusiannya. Saya salut dengan beliau atas Semangat Juang-nya yang Membara demi mempertahankan hidupnya, Pantang menyerah dan tak kenal lelah. Di kala kondisi tubuhnya yang semakin melemah tetapi Beliau masih bisa mendedikasikan dirinya untuk berdagang, menghasilkan pundi-pundi demi kelangsungan hidupnya dengan "Jerih Payah dan Tetesan Keringat sendiri".

Di sisi lain, Saya prihatin jika melihat ada pemuda atau kaum dewasa yang berseliweran di desa, mengetuk pintu dari satu rumah ke rumah yang lain bermaksud untuk meminta sumbangan untuk dirinya sendiri. Sungguh pemandangan yang sangat berlainan dengan apa yang saya lihat pagi hari ini. Sebagian kaum bertubuh sehat dan kuat lebih memilih untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain berbanding terbalik jika melihat sosok lemah dengan tubuh yang sudah membungkuk ini, ia rela banting tulang dan tak putus asa berdagang dan mengupayakan pundi-pundi dari keringatnya sendiri. walaupun penghasilan yang didapatnya entah seberapa. . . namun kegigihannya patut diacungi jempol.

Jika setiap insan punya pikiran yang berkembang, semangat yang membara seperti sosok nenek diatas dan tidak terpaku dengan keadaan mungkin dunia ini akan lebih terasa nikmat dan penuh perjuangan. Sudah sepantasnya sosok-sosok pejuang seperti sosok nenek Risem menjadi suatu cambuk sekaligus motivasi untuk diri kita agar lebih mengembangkan diri kearah yang lebih baik tentunya. Tanamkan Semangat juang yang tinggi dan Patri rasa pantang menyerah dalam diri. Karena Hidup adalah Perjuangan!!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun