Nama Glory Lamria, mahasiswi asal Indonesia yang tengah menempuh studi di Amerika Serikat, tiba-tiba jadi bahan perbincangan hangat di jagat maya.
Semua bermula dari momen wawancara singkatnya di New York, di sela kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke markas PBB.
Sayangnya, percakapan sederhana itu tak berhenti sebagai cuplikan positif, melainkan dipelintir sejumlah akun media alternatif—sering disebut warganet sebagai homeless media—hingga berbuntut tuduhan serius, bahkan serangan pribadi.
Dari Dugaan "Settingan" hingga Hotel Mewah
Akun-akun seperti Big Alpha dan Barengwarga menuding wawancara Glory bukanlah spontanitas, melainkan sudah "diatur" oleh pemerintah. Lebih jauh, Glory dituding menikmati fasilitas hotel mewah tempat rombongan presiden menginap, dengan harga kamar yang disebut mencapai ribuan dolar per malam.
Dalam unggahan @barengwarga di platform X, klaim itu dipoles dengan narasi seolah-olah mahasiswa diaspora tertentu sengaja dipilih dan bahkan diberi kamar gratis. Unggahan inilah yang kemudian meluas, mengundang gelombang kecurigaan di media sosial.
Klarifikasi Glory: “Semuanya Tidak Benar”
Glory pun angkat bicara untuk meluruskan kabar yang beredar. Ia menegaskan tidak pernah menerima pengarahan, apalagi fasilitas dari pemerintah.
“Wawancara itu terjadi spontan. Seorang jurnalis menghampiri saya di depan hotel, sama sekali tidak ada briefing. Semua yang saya sampaikan adalah opini pribadi, bukan mewakili siapa pun,” tegas Glory melalui klarifikasi yang diposting ulang akun Big Alpha di Instagram, Rabu (24/9).
Terkait isu fasilitas menginap, Glory pun membantah tegas. “Foto yang beredar berasal dari akun pribadi saya, bukan terkait agenda resmi. Sampai hari ini saya tidak pernah menerima dana atau akomodasi sebagaimana dituduhkan,” ujarnya.
Serangan Siber dan Ancaman Serius
Alih-alih mereda, tuduhan yang dipicu unggahan sepihak itu malah menyeret Glory ke pusaran perundungan digital. Ia mengaku mengalami doxing, hujatan bertubi-tubi, hingga ancaman keselamatan diri.
“Semua bermula dari klaim keliru. Dampaknya saya menjadi target hate speech dan ancaman kematian,” ucap Glory dengan nada prihatin.
Ajakan untuk Bijak
Di tengah derasnya arus informasi, Glory mengingatkan publik agar lebih berhati-hati menyikapi isu yang beredar di media sosial.
“Setuju atau tidak dengan wawancara saya, itu wajar. Kita hidup di negara demokrasi. Namun jangan biarkan isu ini dijadikan alat provokasi yang merusak persatuan,” pungkasnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI