Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Angka Aborsi Fantastis yang Menyesatkan

20 Juni 2012   00:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:46 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

* Aborsi terbanyak di sembilan kota besar di Indonesia justru dilakukan oleh perempuan bersuami

“ …. berdasarkan data BKKBN, ada sekitar 2,3 juta wanita dewasa muda yang melakukan aborsi karena melakukan hubungan seks di luar nikah.” Ini pernyataan Menkes dr Nafsiah Mboi, DSpA, MPH, pada wawancara setelah dilantik jadi menteri kesehatan (Menkes Dorong Penggunaan Kondom, kompas.com, 14/6-2012).

Data BKKBN ini menyesatkan karena tidak sesuai dengan fakta.

Pertama, tidak ada angka pasti aborsi di Indonesia dan dunia karena tidak ada negara yang melegalkan aborsi.

Kedua, angka tentang aborsi hanya merupakan estimasi (perkiraan). Estimasi aborsi di Asia pada tahun 2008, misalnya, dilaporkan 27,3 juta (www.guttmacher.org). Apa, iya, estimasi di Indonesia 2,3 juta? Kalau ini terjadi tentulah tingkat kelahiran amat rendah, tapi mengapa pemerintah dalam hal ini BKKBN kelimpungan dengan pertambahan penduduk?

Ketiga, tidak semua kasus aborsi karena hubungan seksual di luar nikah. Ada karena incest, perkosaan, alasan kesehatan, dll.

Keempat, kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) bisa terjadi pada perkawinan yang sah karena berbagai alasan.

Kelima, penelitian Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) Jakarta menunjukkan 87 persen aborsi di sembilan kota besar di Indonesia justru dilakukan oleh perempuan yang masih terikat dalam pernikahan yang sah (Lihat: http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2011/04/19/aborsi-hujatan-moral-yang-ambiguitas-terhadap-remaja-putri/).

Dalam kaitan aborsi karena KTD yang diperlukan bukan kampanye penggunaan kondom, tapi mendorong masyarakat menghilangkan penyebab aborsi.

Aborsi sendiri terjadi karena didorong oleh pihak lain, seperti suami, orang tua, keluarga, dan pacar. Aborsi terjadi karena terpaksa.

Di Indonesia ada instansi yang tidak memberikan kesempatan pendidikan lanjutan dan kenaikan pangkat atau golongan kepada pegawai perempuan yang menikah jika anaknya lebih dari dua. Maka, jalan pintas yang dilakukan adalah aborsi.

Menurut Nafsiah, seperti yang dikutip dalam berita: “Kampanye ini (penggunaan kondom-pen.) menjadi penting, mengingat masih banyak kasus kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada anak-anak remaja.”

Kalau saja Nafsiah merujuk ke penelitian YKP tentulah pernyataan ini tidak muncul karena KTD terbesar justru terjadi pada perempuan yang terikat dalam pernikahan yang sah.

Masih menurut Nafsiah: "Oleh karena itu ada kampanye yang menyasar generasi muda 15-24 tahun."

Sasaran itu tentu saja tidak tepat karena KTD bukan pada kalangan itu. Lagi pula, seperti pernah disampaikan oleh (alm) Sartono Mukadis, psikolog di UI, yang diperlukan adalah mengajak remaja putra agar bertanggung jawab terhadap pacarnya.

Remaja diberikan pengertian risiko yang akan timbul pada pacarnya dan pada dirinya. Tentu saja diperlukan sosialisasi yang berkesinambungan. Yang dikedepankan adalah fakta tentang risiko terkait dengan masalah seksualitas. ***[Syaiful W. Harahap]***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun