Studi Kemenkes mencatat hingga akhir tahun 2012 ada 6,7 juta pria Indonesia yang jadi pelanggan pekerja seks komersial (PSK) langsung (kasat mata, seperti di jalanan atau lokalisasi), sehingga pria jadi kelompok yang paling berisiko tinggi untuk menyebarkan HIV/AIDS (bali.antaranews.com, 9/4/2013). Yang bikin miris dari 6,7 juta pria pelanggan PSK itu ternyata 4,9 juta di antaranya mempunyai istri. Itu artinya ada 4,9 juta istri yang berisiko tertular HIV/AIDS dari suaminya.
Dalam laporan semester 1 tahun 2024 terdeteksi 800 ibu hamil (Bumil) yang positif HIV. Sedangkan Bumil yang terdeteksi positif sifilis sebanyak 982.
Dari 800 Bumil positif HIV tercatat 21 bayi yang lahir dengan HIV/AIDS. Sedangkan 982 Bumil positif sifilis melahirkan 99 bayi dengan sifilis.
Celakanya, suami mereka tidak jalani tes HIV dan tes sifilis sehingga mereka jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Sejak pemerintah Indonesia mengakui ada kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu tahun 1987 sosialisasi HIV/AIDS yang dikemas sebagai komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tidak memberikan informasi yang akurat karena dibalut dengan norma, modal dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis HIV/AIDS yang menyuburkan mitos (anggapan yang salah).
Baca juga: Menyoal Kapan Kasus HIV/AIDS Pertama Ada di Indonesia (Kompasiana, 3 Januari 2011)
Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan zina, pelacuran, pergaulan bebas, seks bebas, seks pranikah, homoseksua dan lain-lain.
Baca juga: Seks Bebas Jadi Biang Kerok Stigmatisasi terhadap ODHA di Indonesia (Kompasiana, 9 Desember 2024)
Padahal, secara empiris penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (zina, pelacuran, pergaulan bebas, seks bebas, seks pranikah, homoseksua dan lain-lain), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom.
Akibatnya, banyak yang tidak memahami cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS melalui hubungan seksual yang pada akhirnya menambah jumlah kasus infeksi HIV baru.
Apalagi sekarang praktek pelacuran pindah ke media sosial dengan transaksi seks secara Daring (dalam jaringan) melalui Ponsel. Banyak orang yang menganggap melakukan hubungan seksual dengan cewek prostitusi Daring tidak berisiko karena mereka bukan PSK.