Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bukan Cari Ciri atau Gejala AIDS pada Tubuh Tapi Pernah atau Tidak Lakukan Hubungan Seksual yang Tidak Aman

24 Februari 2025   11:01 Diperbarui: 24 Februari 2025   11:01 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi -- Gejala terkait AIDS (Sumber: cdc.gov)

'Hari gini' informasi tentang HIV/AIDS yang benar, objektif dan akurat dengan pijakan fakta medis sudah banjir, tapi tetap saja ada yang tidak (mau) memahami HIV/AIDS sebagai fakta medis karena mereka terperangkap pada mitos (anggapan yang salah).

Seperti judul berita ini: Dokter, Bisakah Orang Awam Mengenali Gejala HIV? Ini Jawaban dr. Iin Novita N M, Sp.PD, M.Sc. (health.tribunnews.com, 13/2/2025).

Yang perlu diingat adalah ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang disebut terkait dengan AIDS tidak otomatis terkait langsung dengan infeksi HIV.

Maka jika bicara tentang apakah seseorang mengidap HIV/AIDS atau tidak, secara medis hanya bisa diketahui melalui tes HIV yang sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV yang baku.

Tes HIV juga bisa menghasilkan nonreaktif (negatif) palsu atau reaktif (positif) palsu, terutama jika tes HIV dilakukan di bawah tiga bulan setelah tertular HIV.

Negatif palsu adalah hasil tes HIV nonreaktif, tapi secara medis ada virus (HIV) di tubuh yang jalani tes HIV. Sedangkan positif palsu adalah hasil tes HIV reaktif, tapi tidak ada virus (HIV) di tubuh yang jalani tes HIV.

Itulah sebabnya setiap hasil tes HIV dengan reagent ELISA atau reagent lain harus dikonfirmasi dengan tes lain, dalam hal ini Western Blot. Hanya saja WHO isyaratkan bisa dengan tiga kali tes memakai ELISA tapi dengan reagent dan cara yang berbeda. Selain itu hasilnya hanya akurat pada orang-orang dengan perilaku seksual atau nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.

Maka, untuk mengetahui status HIV seseorang bukan dengan mencari-cari atau mengenali yang disebut-sebut sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala terkait AIDS. Soalnya, yang selama ini disebut-sebut sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala terkait AIDS tidak otomatis terkait langsung dengan infeksi HIV.

Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Terkait dengan Infeksi HIV/AIDS (Kompasiana, 6 April 2021)

Yang disebut sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala terkait AIDS ternyata juga terjadi karena penyakit lain, baik yang disebabkan kuman, bakteri atau virus.

Maka, ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala terkait AIDS hanya bisa dikaitkan jika terdapat pada seseorang yang pernah atau sering melakukan perilaku seksual atau nonseksual yang berisiko tinggi atau sebagai faktor risiko (mode of transmission) penularan HIV/AIDS. Seperti pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal) yang tidak aman yaitu di dalam atau di luar nikah dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, dengan:

  • Pengidap HIV/AIDS
  • Seseorang yang tidak diketahui status HIV-nya
  • Seseorang yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial langsung atau cewek prostitusi online

Baca juga: Tidak Semua Gejala Penyakit yang Dikaitkan dengan HIV/AIDS Otomatis Terkait Langsung dengan Infeksi HIV/AIDS (Kompasiana, 14 Agustus 2024)

Bagi orang-orang yang sama sekali tidak pernah perilaku seksual atau nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, maka ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang disebut terkait AIDS sama sekali tidak ada kaitannya dengan infeksi HIV.

Baca juga: Warga Pengidap HIV/AIDS di Kota Jogja Menyangkal karena Tidak Mengalami Ciri-ciri HIV/AIDS (Kompasiana, 15 Desember 2024)

Laman CDC (U.S. Centers for Disease Control and Prevention - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS) sebut: Kebanyakan orang mengalami gejala mirip flu dalam waktu 2 hingga 4 minggu setelah terinfeksi HIV. Gejala dapat berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu.

Memiliki gejala-gejala ini saja tidak berarti Anda mengidap HIV. Penyakit lain dapat menyebabkan gejala serupa.

Beberapa orang tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Maka, satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda tertular HIV atau tidak adalah dengan melakukan tes HIV yang baku.

Sudah terjadi penyangkalan terkait infeksi HIV dengan hasil tes positif tapi yang bersangkutan tidak mengalami ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala terkait AIDS. Ini yang bikin celaka.

Maka, kepada dinas-dinas kesehatan dan wartawan di Tanah Air tolonglah memakai akal sehat agar tidak kebelinger secara telanjang mengaitkan ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala terkait AIDS karena sangat mengganggu program penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. <>

* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022. (Kontak via e-mail: syaifulwh@gmail.com).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun