Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa yang Harus Dilakukan Dinkes Bangkalan Madura untuk Membendung HIV/AIDS?

30 Juli 2022   17:03 Diperbarui: 30 Juli 2022   17:05 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matriks. Risiko ibu rumah tangga tertular HIV/AIDS dibanding PSK. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

"Sebaran human immunodeficiency virus (HIV) acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) di Bangkalan (Madura, Jawa Timur-pen.) tinggi. Buktinya, terdapat 114 orang terjangkiti penyakit mematikan itu. Ironisnya, lima penderita masih anak-anak atau di bawah 18 tahun." Ini lead pada berita "radarmadura.jawapos.com" (29/7-2022).

Ada beberapa hal yang patut dikritisi di lead berita ini, yaitu:

(a). Pernyataan 'terjangkiti penyakit mematikan itu' tidak akurat dan bisa dikategorikan sebagai misleading (menyesatkan) karena HIV adalah virus dan AIDS adalah masa. HIV/AIDS bukan penyakit sehingga tidak mematikan.

(b). Kematian pada Odha (Orang dengan HIV/AIDS) terjadi di masa AIDS (secara statistik antara 5 -- 15 tahun setelah tertular HIV jika tidak minum obat antiretroviral/ARV sesuai resep dokter). Pada masa AIDS sistem kekebalan tubuh Odha rendah sehingga mudah kena panyakit, seperti diare, TB dan lain-lain yang disebut infeksi oportunistik (IO). Infeksi inilah yang menyebabkan kematian pada Odha.

(c). Yang ironis bukan HIV/AIDS pada anak-anak, tapi perlaku seksual ayah mereka yang berisio tertular HIV/AIDS sehingga menularkan HIV/AIDS ke ibu mereka yang selanjutnya tertular kepada mereka ketika bayi sewaktu persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI) ibunya.

Kasus HIV/AIDS pada anak-anak menunjukan program pencegahan dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya terjadi karena tidak ada program yang konkret untuk mendeteksi HIV/AIDS pada ibu-ibu hamil.

Sejatinya Dinkes Bangkalan meminta agar Pemkab dan DPRD Bangkalan menerbitkan peraturan daerah (Perda) yang mewajibkan suami dari ibu-ibu yang hamil menjalani tes HIV. Jika suami HIV-positif barulah istrinya menjalani tes HIV.

Jangan dibalik karena suami ibu-ibu hamil yang terdeteksi HIV-positif menolak menjalani tes HIV sehingga mereka akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah.

Di bagian lain Kabid Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bangkalan, Rizkiyah Nuni Wahyuni, mengatakan: Untuk menekan kasus HIV/AIDS lembaganya melakukan upaya sosialisasi serta pemeriksaan terhadap kelompok-kelompok yang rentan terkena HIV/AIDS. Misalnya, kelompok wanita pria (waria). Langkah itu sebagai upaya untuk menekan tingginya kasus HIV/AIDS.

Soal sosialisasi sudah dilakukan sejak 35 tahun yang lalu di awal epidemi HIV/AIDS terdeteksi di Indonesia, tapi hasilnya nol besar. Hal ini terjadi karena materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tetang HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan moral dan agama sehingga fakta medis hilang. Yang ditangkap masyarakat dari KIE itu hanya mitos (anggapan yang salah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun