Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Potret Buruk Pengetahuan HIV/AIDS di Yogyakarta dan Belu

23 Desember 2020   07:48 Diperbarui: 23 Desember 2020   07:51 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: NIAID - www.hiv.gov)

Melihat hasil survei di Kota Yogyakarta dan Beli, ini juga bisa mewakili Indonesia, pantas saja insiden infeksi baru HIV/AIDS terus terjadi .... Itu artinya sosialisasi HIV/AIDS selama 33 tahun hasilnya big nothing alias nol besar krn al. materi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dng norma, moral dan agama sehingga yg sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).

Terkait dengan 'seks bebas' yang disuarakan responden di Kota Yogyakarta dan Belu juga merupakan mitos. Kalau 'seks bebas' dimaksud sebagai hubungan seksual di luar nikah, seperti seks dengan PSK, juga merupakan mitos karena tidak ada kaitan langsung antara penularan HIV/AIDS dan 'seks bebas'. Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah jika salah satu atau kedua pasangan itu mengidap HIV/AIDS dan laki-laki atau suami tidak memakai kondom setiap melakukan hubungan seksual.

Dok Pribadi
Dok Pribadi
Begitu juga dengan jargon 'setia pada pasangan' yang disuarakan responden di Kota Yogyakarta dan Belu juga merupakan mitos. Sebelum saling setia bisa saja salah satu atau keduanya pernah setia dengan pasangan lain. Lagi pula kalau salah satu mengidap HIV/AIDS kesetiaan tidak bisa mencegah penularan HIV/AIDS. Ini juga bukti pemahaman HIV/AIDS hanya sebatas mitos yang jadi orasi moral banyak kalangan yang justru menyesatkan.

Thailand yang berhasil mengendalikan insiden infeksi HIV baru menempatkan media di urutan pertama untuk menyebarluaskan informasi HIV/AIDS dari lima progam yang dijalankan Thailand dengan skala nasional. Celakanya, di Indonesia sebagian besar media massa (koran, majalah, radio dan televisi), media online tidak mendukung penanggulangan HIV/AIDS dengan berita-berita yang berempati. Kondisnya kian runyam karena media sosial hadir dengan balutan agama yang merusak tatanan penanggulangan HIV/AIDS.

Baca juga: Menggugat Peran Pers Nasional dalam Penanggulangan AIDS di Indonesia

Hasil survei juga menyebutkan: Dari 75 ODHA (orang dengan HIV&AIDS) di Kota Yogyakarta, sebanyak 41 persen menyatakan bisa tertular virus itu karena seks bebas dan ganti-ganti pasangan. Ini menunjukkan pemahanan yang salah tentang cara-cara penularan HIV/AIDS.

Pengetahuan Odha di Beli ini lebih akurat: Sementara itu dari 21 ODHA di Kabupaten Belu, 22 persen menyatakan seseorang tertular HIV karena berhubungan seks dengan yang sudah terinfeksi HIV, 33 persen karena pergaulan bebas, dan 22 persen karena berhubungan seks tanpa kondom.

Tapi, jadi kacau juga karena disebutkan karena pergaulan bebas. Ini terjadi karena termakan orasi moral banyak kalangan yang selalu mengaitkan HIV/AIDS dengan seks bebas dan pergaulan bebas.

Jika hasil survei di Kota Yogyakarta dan Kabupate Belu ini bisa menggambarkan kondisi nasional, maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi di Indonesia. Pada gilirannya akan terjadi penyebaran HIV/AIDS di masyarakat secara terselubung, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah, sebagai 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS'. ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun