Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

AIDS di Indonesia, UNAIDS Hanya Bicara di Hilir

2 Desember 2018   04:56 Diperbarui: 2 Desember 2018   05:00 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: darkroom.baltimoresun.com)

UNAIDS: Petugas Kesehatan, Media, dan Keluarga Turut Mendiskriminasi Pengidap HIV. Ini judul berita di kompas.com, 30/11-2018.

Diskriminasi yaitu perlakuan berbeda terhadap Odha (Orang dengan HIV/AIDS) atau pengidap HIV/AIDS terjadi setelah terdeteksi mengidap HIV/AIDS melalui tes HIV sesuai dengan standar prosedur operasi tes HIV yang baku. Itu artinya dikriminasi terjadi di hilir.

Disebutkan: Masih banyaknya diskriminasi membuat mereka yang terinfeksi virus tersebut menjadi malas untuk mencari informasi atau berobat.

Pernyataan di atas tidak akurat karena orang-orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS melalui tes HIV dengan standar baku dan yang terdeteksi ketika berobat serta ibu hamil justru mengakses pengobatan di fasilitas kesehatan tempat mereka tes HIV.

Persoalan besar di Indonesia adalah tingkat kesadaran sebagian orang yang terkait dengan perilaku seksual mereka. Ini terjadi karena mitos yang dibangun oleh pemerintah di awal-awal epidemi HIV/AIDS terutama sejak pemerintah mengakui ada AIDS di Indonesia (1987).

[Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"]

Pernyataan "Stigma dan diskriminasi yang masih berkembang soal penderita HIV/AIDS menjadi kontributor utama sulitnya penanganan kasus ini" tidak jelas apakah disampaikan oleh Direktur Program bersama PBB untuk penanganan AIDS (UNAIDS) untuk Indonesia Tina Boonto atau kesimpulan wartawan.

Karena stigma dan diskriminasi ada di hilir, maka hal itu bukan faktor yang membuat penanganan HIV/AIDS jadi sulit karena yang jadi persoalan adalah penularan baru atau insiden infeksi HIV baru di hulu.

Jika perhatian hanya tertuju pada upaya menghilangkan stigma dan diskriminasi itu sama saja dengan membiarkan warga tertular HIV, terutama laki-laki dewasa, yang selanjutnya jadi mata rantai penyebar HIV/AIDS di masyarakat. Yang beristri akan menularkan HIV ke istri, bahkan ada yang beristri lebih dari satu. Jika istri tertular maka ada pula risiko penularan ke bayi yang dikandungnya kelak terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Disebutkan dalam berita: Akibatnya (akibat stigma dan diskriminasi-pen,), berdasarkan data UNAIDS, hanya sekitar 96.298 dari 630.000 pengidap virus HIV di Indonesia yang berobat, per Juni 2018.

Ini juga tidak jelas apakah pernyataan Tina Boonto atau kesimpulan wartawan. Pernyataan ini tidak akurat karena:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun