Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Zohri "Korban" Hiperrealitas Pemberitaan Media

27 Agustus 2018   06:58 Diperbarui: 27 Agustus 2018   09:22 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelari muda asal Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, tampil pada final nomor lari 100 meter putra Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 26 Agustus 2018. (Sumber: kompas.com)

Pemberitaan tentang Lalu Muhammad Zohri ketika juara sprint pada lari 100 meter kejuaraan atletik amatir U-20 di Finladia Juli 2018 yang bagaikan air bah justru jadi hiperrealitas (tidak bisa membedakan fakta dan fantasi). 

Ini terjadi karena berita tidak memberikan fakta terkait dengan kejuaraan tsb. dan tidak ada pula perbadingan dengan rekor Asian Games. Maka, pada final 100 meter putra di Asian Games 2018 Zohri (26/9-2018) Zohri ada di posisi urutan ke-7 (kompas.com, 26/8-2018).

Kalau saja pemberitaan tidak hiperbol dengan pujian dan sanjungan yang berlebihan, tapi lebih kepada dorongan agar Zohri meningkatkan kemampuannya sebagai seorang sprinter tentu hasilnya akan lebih baik (Baca juga: Banjir Pemberitaan tentang Zohri, Semoga Tidak Sampai pada Hiperrealitas).

Catatan rekor Asian Games juara sprint 100 meter mencatat rekor 9.91 detik di Asian Games 2014 yang dibukukan oleh sprinter Qatar, Femi Seun Ogunode. Medali perak dikantongi sprinter China, Su Bingtian, yang mencatatkan waktu 10.10, sedangkan medali perunggu dipegang oleh sprinter Jepang, Kei Takase, dengan waktu 10.15 detik. Catatan waktu Zohri di Finlandia 10.18 detik. Ini kan jauh dari tiga rekor Asian Games 2014.

Timnas PSSI pun jadi korban hiperrealitas pembicaraan media massa, terutama televisi, ketika ditekuk Malaysia 3-0 pada final Piala AFF Tahun 2010. Pemberitaan mengangkat kemenangan PSSI pada babak penyisihan grup yang menghajar Malaysia 5-1.

Celakanya, ada fakta yang digelapkan, yaitu ketika laga itu Malaysia tidak menurunkan pemain inti. Ini bisa jadi siasat Malaysia untuk mengukut kekuatan PSSI atau mendorong PSSI pada tahap euforia sehingga mengabaikan realitas terkait dengan kekuatan tim inti kesebelasan Malaysia (Baca juga: Timnas PSSI Korban Hyperreality Stasiun Televisi Nasional).

Berita dipenuhi dengan keyakinan akan menang pada final dengan memakai tolok ukur skor 5-1 di babak penyisihan. Semua bergembira. Stadion GBK Senayan, Jakarta Pusat, pun penuh dengan berbagai atribut yang menjagokan PSSI.

Dengan bayang-bayang kemenangan 5-1 ternyata PSSI dipecundangi Malaysia. Dengusan kekecewaan penonton mengiringi kekalahan PSSI. Semua pendukung PSSI lunglai meninggalkan stadion.

Kalau saja pelatih PSSI waktu itu mengabaikan kemenangan dan merancang strategi untuk menghadapi tim yang belum diketahui kekuatannya tentulah hasilnya bisa berbeda. Tapi, dengan modal fantasi kemenangan 5-1 pemain, pelatih dan penonton pun sudah yakin 100 persen akan menggondol piala kebanggaan kejuaraan sepakbola di Asia Tenggara itu.

Itulah yang disebut hiperrealitas. Pemain, pelatih dan penonton terpukau pada sekor 5-1 di babak penyisihan. Ini fantasi karena Malaysia menurunkan pemain cadangan. Fakta di balik fantasi ini adalah tim Malaysia mempunyai pemain yang kualifikasinya sama atau lebih dari pemain PSSI. Inilah yang mereka turunkan di final. Pemain PSSI pun kaget karena tidak menyangka pemain yang mereka hadapi ternyata bukan yang mereka kalahkan di babak penyisihan grup.

Kembali ke Zohri. Kalau saja berita memberikan bandingan catatan rekor SEA Games dan Asian Games tentulah Zohri akan terpacu. Celakanya, data tentang rekor-rekor itu tidak muncul dalam banyak berita yang menyanjung Zohri.

Kita tidak mengetahui apakah FASI dan pelatih Zohri juga hanyut dalam euforia pemberitaan yang hiperrealitas. Fakta menunjukkan catatan Zohri di final 100 meter Asian Games 2018 di lintasan lari Stadion GBK 10.20 detik lebih lamat 0.02 detik dari rekor di Finlandia. Medali emas direbut sprinter Cina, Su Bingtian, dengan catatan waktu 0.92 detik. Ini memecahkan rekor Asian Games 2014 dengan beda 0.01 detik. Perak direbut Tosin Ogunode dengan catatan waktu 10.00 bersama sprinter Jepang, Ryota Yamagata.

Karena era reformasi memutus intervensi pemerintah terhadap media massa dan media online, maka diharapkan kedewasaan media untuk menulis berita tanpa membesar-besarkan dengan mengabaikan fakta sehingga terjadi sensasi yang bermuara pada hiperrealitas. Tentu saja pihak lain yang terkait juga tidak hanyut dalam arus hiperrealitas. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun