Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Langkah Mundur Penanggulangan HIV/AIDS di Jawa Timur

17 Juli 2018   04:41 Diperbarui: 17 Juli 2018   15:43 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: The Independent)

Baca juga: Raperda AIDS Jawa Timur Mengusung Mitos

Alasan DPRD mewacanakan pusat penampungan itu tidak akurat karena orang-orang yang menjalani tes HIV sudah sepakat akan menghentikan penularan HIV mulai dari dirnya dengan semboyan: "Stop AIDS Mulai dari Diri Sendiri."

Lagi pula jika 1 orang terdeteksi mengidap HIV/AIDS dimasukkan ke pusat penampungan itu hanya memutus 1 mata rantai penyebaran HIV, sedangkan di masyarakat lebih dari 1 orang pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi yang justru jadi penyebar HIV/AIDS tanpa mereka sadari.

Seperti diketahui epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es, yaitu: jumlah kasus yang terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

Maka, kalau saja DPRD Jatim lebih arif, maka regulasi yang diperlukan sekarang adalah sistem yang komprehensif melalui regulasi untuk mendeteksi warga yang mengidap HIV/AIDS di masyarakat tanpa melawan hukum dan tidak melanggar hak asasi manusia (HAM).

Lagi pula kalau seorang ODHA yang juga seorang suami dimasukkan ke pusat penampungan, bagaimana dengan kelangsungan kehidupan keluarganya? Siapa yang mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya?

Apakah kemudian istri dan anak-anak seorang ODHA juga ditampung di pusat penampungan?

Program penanggulangan HIV/AIDS secara global adalah memberdayakan ODHA bukan mengasingkan atau mengarantina. Mereka didampingi agar tetap hidup di masyarakat secara alamiah. Ini ditopang dengan minum obat antiretroviral (ARV) ketika CD4 seorang ODHA sudah di bawah 350.

Dalam kaitan inilah diperlukan langkah yang sistematis untuk mendeteksi ODHA pada warga di masyarakat. Semakin banyak warga pengidap HIV/AIDS terdeteksi, maka kian banyak pula mata rantai penyebaran HIV/AIDS yang diputus. Jadi, bukan memasukkan ODHA ke pusat penampungan tapi memberdayakan mereka dengan pendampingan medis dan sosial.

Kalau kemudian ODHA dan keluarga hidup di pusat penampungan, bagaimana dengan pendidikan mereka?

Kalau mereka sekolah di sekolah umum tentulah akan timbul banyak masalah (baru). Misalnya, alamat mereka. Tentulah akan mendorong stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) kepada keluarga ODHA yang hidup di pusat penampungan. "Oh, tinggal di pusat penampungan AIDS!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun