Menonton drama teater "Malam Jahanam" yang dipentaskan di gedung teater Fakultas Seni Budaya Universitas Halu Oleo benar-benar pengalaman yang berkesan. Drama ini bukan hanya cerita sedih tentang kehidupan di pinggir laut, tetapi juga berhasil menggambarkan suasana dan kehidupan sehari-hari masyarakat nelayan dengan segala suka dan dukanya.
Â
Tata Panggung Yang Sederhana.
   Latar belakangnya berupa rumah-rumah nelayan yang terbuat dari bambu, daun kelapa, dan lentera kecil, membuat penonton seolah benar-benar berada di kampung nelayan. Tak ada yang berlebihan atau mewah, justru kesederhanaan ini membuat suasana terasa asli dan nyata. Segala properti, dari bangku bambu sampai sangkar burung dan kain jemuran, ditempatkan dengan pas dan mempunyai arti. Membuat penonton dapat merasakan kehidupan malam di kampung nelayan, merasakan angin laut dan keheningan malam yang  menegangkan.
Â
setting Lampu Redup Dengan Suasana Suram.
   Suara burung ubruk dari kejauhan membuat suasana semakin tegang dan magis. Perpaduan cahaya dan suara ini benar-benar membuat  penonton terbawa hanyut kedalam drama.
Akting Para Pemain Yang Natural.
   Akting para tokoh seperti Paijah, Mat Kontan, Soleman, dan Utai tampil dengan gaya bicara dan gerak khas orang pesisir. Kadang mereka bercanda, kadang marah, bahkan saling mengumpat, tetapi semua terasa seperti kehidupan nyata, bukan sekadar drama di panggung. Obrolan antara Mat Kontan dan Soleman semisalnya, terasa seperti dua sahabat lama yang saling sindir tapi sebenarnya saling peduli. Ketegangan, kekhawatiran, dan kehangatan keluarga nelayan terlihat jelas dari cara mereka berinteraksi. Penonton pun ikut tertawa, tegang, dan terharu bersama mereka.
Â
Musik Dan Suara Latar Yang Mempertegas Suasana.