Mohon tunggu...
Indri Mairani
Indri Mairani Mohon Tunggu... NIM: 43223010163 | Program Studi: S1 Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Dosen: Prof.Dr.Apollo,M.Si.,AK.

Saya adalah seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Mercu Buana Jakarta. Hobi yang saya gemari adalah membaca buku fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

11 Oktober 2025   22:15 Diperbarui: 11 Oktober 2025   22:12 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Teori akuntansi tidak hanya dipahami sebagai seperangkat aturan teknis dalam penyusunan laporan keuangan, tetapi juga sebagai cara manusia memahami dan menafsirkan realitas ekonomi dan sosial di sekitarnya. Dalam hal ini, pendekatan hermeneutik menawarkan pandangan yang lebih mendalam terhadap makna di balik proses dan hasil akuntansi. Hermeneutik, yang berakar dari filsafat dan ilmu humaniora, menekankan pentingnya memahami makna berdasarkan konteks sosial, sejarah, dan budaya. Wilhelm Dilthey, salah satu tokoh utama dalam hermeneutik modern, menegaskan bahwa pemahaman terhadap tindakan manusia harus dilihat dari pengalaman hidupnya (Erlebnis). Oleh karena itu, dalam memahami fenomena sosial seperti akuntansi, interpretasi menjadi langkah penting agar makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami secara utuh.

Pemikiran hermeneutik Dilthey memberikan sudut pandang baru dalam memandang akuntansi sebagai praktik sosial yang memiliki makna, bukan hanya sekadar proses teknis dalam pencatatan dan pelaporan keuangan. Melalui pendekatan ini, laporan keuangan dipahami sebagai hasil konstruksi sosial yang mencerminkan nilai, persepsi, dan pemaknaan para pelaku ekonomi. Dengan demikian, teori akuntansi berbasis hermeneutik bertujuan untuk menggali bagaimana makna akuntansi dibentuk dan dipahami oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Pendekatan ini membantu memperluas pemahaman terhadap akuntansi, dengan menekankan bahwa dimensi manusiawi, historis, dan kultural memiliki peran penting dalam membentuk praktik serta teori akuntansi itu sendiri.

 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Apa pengertian hermeneutik menurut Wilhelm Dilthey dalam kaitannya dengan teori akuntansi?

Istilah hermeneutika berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata kerja hermeneuein yang berarti “menafsirkan” dan kata benda hermeneia yang berarti “interpretasi” (Byrne, 2001). Pada awalnya, hermeneutika berkembang sebagai metode untuk menafsirkan teks-teks klasik, kitab suci, serta naskah hukum (Rennie, 2012). Namun, melalui pemikiran tokoh seperti Friedrich Schleiermacher (1768–1834) dan Wilhelm Dilthey (1833–1911), ruang lingkup hermeneutika diperluas sehingga tidak hanya terbatas pada teks keagamaan atau hukum, melainkan mencakup berbagai bentuk teks dan makna dalam kehidupan manusia. Perkembangan lebih lanjut terjadi melalui karya para filsuf seperti Martin Heidegger (1889–1976), Hans-Georg Gadamer (1900–2002), dan Paul Ricoeur (1913–2005), yang membawa hermeneutika ke arah pemahaman yang lebih filosofis dan eksistensial, dikenal sebagai hermeneutika kontemporer.

Secara umum, Zygmunt Bauman menggambarkan hermeneutika sebagai upaya untuk memahami dan menjelaskan makna dari suatu ujaran atau teks yang tampak kabur, samar, atau bahkan kontradiktif, sehingga dapat menimbulkan kebingungan bagi pembaca atau pendengar (Faiz, 2003). Dalam pandangan para ahli seperti Robinson dan Kerr (2015), hermeneutika sering dipahami sebagai teori tentang pemahaman dan interpretasi karena memadukan aspek “filsafat pemahaman” dan “ilmu interpretasi teks” (Geanolles, 1998; Walshaw & Duncan, 2015). Sebagai filsafat pemahaman, hermeneutika menegaskan bahwa manusia berinteraksi dengan dunia melalui bahasa, dan bahasa menjadi medium utama untuk mengomunikasikan pengetahuan serta pengalaman (Byrne, 2001). Ketika individu mengalami suatu peristiwa, mereka menafsirkannya melalui bahasa, lalu menuangkannya dalam bentuk teks yang dapat dibaca dan dimaknai kembali oleh orang lain. Dengan demikian, hermeneutika berfungsi untuk menggali makna reflektif dari pengalaman manusia yang terwujud melalui bahasa, simbol, dan tanda-tanda kreatif lainnya.

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Pada awal perkembangannya, hermeneutika digunakan sebagai metode untuk menafsirkan teks-teks klasik, dokumen keagamaan, serta naskah-naskah hukum (Rennie, 2012). Melalui pemikiran Friedrich Schleiermacher (1768–1834) dan Wilhelm Dilthey (1833–1911), cakupan hermeneutika kemudian diperluas sehingga tidak hanya terbatas pada teks keagamaan, tetapi juga mencakup semua bentuk teks yang merefleksikan pengalaman manusia. Perkembangan berikutnya terjadi melalui kontribusi para filsuf seperti Martin Heidegger (1889–1976), Hans-Georg Gadamer (1900–2002), dan Paul Ricoeur (1913–2005), yang mengarahkan hermeneutika ke arah pemikiran yang lebih filosofis dan eksistensial. Pandangan ini menandai munculnya hermeneutika kontemporer, yang tidak hanya berfokus pada metode interpretasi teks, tetapi juga pada pemahaman terhadap makna dan eksistensi manusia dalam konteks yang lebih luas.

Dalam perkembangannya, istilah hermeneutika memiliki dua makna utama: pertama, sebagai seperangkat prinsip metodologis dalam proses penafsiran; dan kedua, sebagai refleksi filosofis mengenai sifat dan kondisi dasar dari aktivitas memahami itu sendiri. Secara historis, studi sistematis mengenai penafsiran dapat ditelusuri sejak era Yunani Kuno, dimulai dari upaya menafsirkan puisi Homer pada abad keenam sebelum Masehi. Selanjutnya, hermeneutika berkembang melalui tradisi intelektual Barat dalam berbagai bentuk interpretasi terhadap teks-teks religius, filosofis, hukum, dan sastra (Grondin, 1995; Ferraris, 1996; Ramberg & Gjesdal, 2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun