Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Promosi Buku di Jejaring Media Sosial

19 Mei 2014   13:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_336837" align="aligncenter" width="575" caption="Meet & Greet, salah satu cara promosi buku sekaligus menghubungkan penulis dengan pembacanya. |Foto: Indria Salim"][/caption]

Hari Buku Nasional diperingati pada tanggal 17 Mei yang lalu. Dalam sebuah obrolan, seorang teman yang menjadi penulis buku menanyakan pendapat saya tentang pengaruh promosi buku melalui media sosial (medsos).

Saya teringat ungkapan seorang motivator bernama John Maxwell, "Everyone communicates, few connect." Saya rasa ini relevan untuk menjawab pertanyaan teman penulis tersebut.


Dalam konteks promosi buku di jejaring media sosial (medsos), setiap orang (baca: penulis) bisa saja menempuh berbagai strategi agar bukunya dikenal dan dibaca orang banyak. Masalahnya, apakah cara penyampaian dan isi pesannya (bisa) menyentuh sisi kebutuhan targetnya? Apakah cara promotor berkomunikasi menggunakan pendekatan "psikologis" sedemikian rupa hingga calon pembaca menjadi tertarik untuk membeli buku yang dipromosikan. Tentu ada banyak lagi faktor lain yang berhubungan dengan pemanfaatan medsos untuk tujuan meraih jumlah pembaca dan pembeli buku. Yang perlu juga diperhatikan, adalah bagaimana seorang penulis membuat pihak lain "merasa terhubung".

Saat membaca postingan seorang penulis di media sosial (fb, twitter, dan sebagainya), yang memberitahukan tentang bukunya yang baru terbit,  saya sebagai calon pembaca (baca: pembeli buku)  punya banyak pertimbangan dan alasan ketertarikan terhadap postingan seperti itu.


Ada yang menurut saya terkesan berlebihan, terlalu "mencecar" karena isi pesannya seperti seseorang yang sedang berbicara kepada diri sendiri. Ada pesan promosi yang mengundang perhatian dan rasa penasaran --- selain karena kepiawaian si penulis merangkai pesan persuasif, juga karena komentar -komentar menggoda pada utas yang bersangkutan. Ini bagi saya juga berperan penting dalam pembuatan keputusan lebih lanjut --- apakah kemudian saya akan mencari tahu lebih banyak tentang penulis, tentang buku lain oleh penulis yang sama, tentang buku yang dipromosikan, dan faktor pertimbangan lainnya.

[caption id="attachment_336834" align="aligncenter" width="448" caption="Meet & Greet bisa dimulai dari membangun jaringan di media sosial. |Foto: Indria Salim"]

1400454425420657584
1400454425420657584
[/caption]

Membangun jejaring pembaca setia di media sosial itu memerlukan proses. Penulis sebaiknya juga setia dengan pengikut akun fb, twitter atau lainnya. Kesetiaan penulis bisa ditunjukkan dengan beberapa cara, antara lain dengan selalu mengkinikan perkembangan proses penulis tersebut dalam berkarya, membagikan informasi dan tips berguna buat penggemarnya, dan sebisa mungkin selalu "hadir" untuk pengikut atau teman-teman di jejaringnya.


Seorang penulis buku laris yang saya kenal, pernah memberikan tips-nya tentang caranya mempertahankan pengikut setia. Ia bilang, "Berilah cukup perhatian, sebagai apresiasi atas kesetiaan penggemar atau siapa pun yang melontarkan pertanyaan atau tanggapan atas postingan penulis." Sebagai contoh, ada penulis yang suka mendapatkan banyak pengikut dan mengumpulkan komentar pengikut twitter atau fanspage-nya. Namun, penulis ini hanya sampai pada sikap berpuas diri dengan mengalirnya tanggapan pengikut (baca: penggemar) postingannya. Sebaliknya, ia jarang membalas komentar atau tanggapan para pengikutnya. Sikap atau kebiasaan ini kurang bijaksana, khususnya bagi penulis yang bahkan masih harus lebih banyak lagi membuktikan karya bermutu dan produktivitasnya.

[caption id="attachment_336835" align="aligncenter" width="576" caption="Benny Rhamdani (Penerbit Mizan) sedang menjelaskan proses penjurian Lomba Novel Romance Qanita (2013). |Foto: Indria Salim"]

1400454584876777792
1400454584876777792
[/caption]

[caption id="attachment_336836" align="aligncenter" width="576" caption="Peluncuran Buku Pemenang Lomba Romance Novel Qanita 2013. Semua penulis ini punya pengikut setia di twitter & fans page di fb.|Foto: Indria Salim"]

1400454732549717528
1400454732549717528
[/caption]

Di luar faktor promosi penulis melalui medsos tersebut di atas, memang idealnya penerbit sedikit banyak memfasilitasi penulis dalam usaha promosi. Saya melihat ada beberapa yang melakukannya, misalnya dengan mengadakan program road show, talk show, bedah buku, lomba resensi, pasang pojok khusus tentang buku-buku baru yang dipromosikannya di toko buku yang ada (selama periode tertentu ---  dengan memberi diskon, harga khusus, pembelian berhadiah, dan cara lainnya).

Menarik untuk dicatat, sesuai dengan trend eranya, sebagian penerbit dan editor mulai menjadikan faktor "popularitas" penulis atau calon penulis sebagai salah satu dasar pertimbangannya untuk menerbitkan buku penulis. Asumsinya, penulis dan penerbit sama-sama memiliki tanggung jawab atas keberhasilan dan pencapaian target penjualan buku yang diterbitkan.


Catatan berdasarkan pengalaman pribadi: Daya beli, timing dan rencana belanja buku "target pembaca" pada saat tertentu juga menentukan tingkat penjualan buku yang dipromosikan.

Salam Kompasiana!

@IndriaSalim dari Tangerang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun