Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Memahami Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan

10 Februari 2016   15:02 Diperbarui: 16 September 2020   07:21 3531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lomba Membuat Gebogan untuk memeriahkan Hari Raya Galungan 2015 (tahun lalu) |Foto: Ultimoparadiso.com

Dua hari yang lalu (10/2/2016), sekitar empat orang petugas keamanan atau pecalang dari Banjar Temacun, Kuta, bekerjasama dengan aparat dari Kepolisian Sektor Kuta dan petugas keamanan vihara mengamankan jalannya ibadah Hari Raya Imlek oleh warga Tionghoa. 

Pecalang tersebut turut mengatur kelancaran lalu lintas di sekitar kawasan Jalan Blambangan dan Jalan Raya Kuta mengingat klenteng itu berada di tengah-tengan kawasan wisata padat Kuta.

Harmoni keberagamaan dan akulturasi budaya begitu kental terasa di vihara dan lingkungan sekitarnya. Salah satunya hiasan bambu dan janur atau "penjor" khas buatan umat Hindu berpadu dengan ratusan lampion yang menyemarakkan vihara itu.

Melaksanakan ritual sembahyang hari raya Galungan | Foto: Net.Newstv
Melaksanakan ritual sembahyang hari raya Galungan | Foto: Net.Newstv
Hari ini (Rabu, 10/02/2016) giliran umat Hindu Bali menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan. Selain di Bali, perayaan berlangsung di berbagai wilayah di luar Bali, antara lain Banyuwangi, Surabaya, Yogyakarta, dan Sulawesi.

Hari Raya Galungan

Hari Raya Galungan jatuh pada hari Rabu, 10 Februari 2016, dirayakan oleh seluruh umat Hindu Bali yang berada di Bali maupun wilayah lainnya. Hari Raya Galungan adalah peringatan atas terciptanya alam semesta beserta isinya, dan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).

Umat Hindu Bali Bersembahyang di Pura Jagadnata, Bantul, Yogyakarta (Galungan 2015) |AntaraNews.com
Umat Hindu Bali Bersembahyang di Pura Jagadnata, Bantul, Yogyakarta (Galungan 2015) |AntaraNews.com
Umat Hindu melakukan persembahan kepada Sang Hyang Widi dan Dewa/Bhatara dengan segala manifestasinya sebagai tanda puji syukur atas rahmat-Nya, serta untuk keselamatan selanjutnya.

Hari Raya Kuningan

Hari raya Kuningan menutup rangkaian hari raya Galungan yakni 10 hari sesudah hari raya Galungan, yaitu pada tanggal 20 Februari 2016. Kata kuningan sendiri memiliki makna ka-uningan yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi agar terhindar dari mara bahaya.

Umat Hindu meletakkan sesajen ritual sembahyangHari Raya Kuningan (2012) di Pura Taman Pule, Ubud, Bali |Antaranews.com
Umat Hindu meletakkan sesajen ritual sembahyangHari Raya Kuningan (2012) di Pura Taman Pule, Ubud, Bali |Antaranews.com
Penjor

Dalam hal ini, penjor yang dipasang di depan setiap rumah dan lingkungan perumahan, perkantoran dan sebagainya dimaksudkan sebagai persembahan kepada Bhatara Mahadewa yang berkedudukan di Gunung Agung.

Penjor adalah sebuah tiang bambu dengan tinggi 8 meter yang biasanya dihias dengan beraneka ragam bunga, buah-buahan, padi dan palawija, dekorasi bernuansa janur, serta diberi sesaji di pangkalnya.

Selain itu, Penjor sebenarnya juga digunakan hampir dalam semua ritual penting bagi umat Hindu di Bali, termasuk dalam piodalan (hari suci) perayaan hari jadi pura atau tempat suci lainnya. Intinya, Penjor dipakai untuk menyembah Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Hyang Giri Pati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun