Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hiruk Pikuk

25 Februari 2021   17:34 Diperbarui: 26 Februari 2021   09:36 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak Tenang, Burung Ramai di Sana | Foto: Indria Salim

Aku sendiri sedang kesal tersebab kucing dan tiga ekor anaknya yang sudah satu minggu ini menjadikan genteng dan atap carport sebagai tempat tinggal, bermain, berantem, dan latihan lompat-lompatan.

Suaranya dari bawah memecah konsentrasiku bekerja, membangunkan tidur malamku bahkan ketika sedang mulai memasuki tahap REM (Rapid Eye Movement).

Apakah REM itu? "REM adalah kondisi normal dari tidur yang ditandai dengan gerakan cepat dan acak dari mata."
Itu menurut temuan hasil riset oleh Nathaniel Kleitman dan muridnya Eugene Aserinsky pada tahun 1953.

Intinya, tidurku kacau gara-gara tempatku jadi langganan kucing beranak dan kucing membesarkan anak. Ini menjengkelkan sekaligus melelahkan. Ah, cerita kronologisnya tak akan selesai kutulis dalam sepuluh episode cerita bersambung.

Soal kucing ini bagiku agak rumit. Ada peliharaan tetangga, namun dilepaskan saat musim birahi, bunting, sampai melahirkan anak.
Menurutku itu bukanlah cara bertanggung jawab, terlebih bila Sang pemilik piaraan mengaku sebagai penyayang hewan, dalam hal ini kucing.

Kucing dalam satu tahun siklusnya bisa meramaikan tiga kali musim kawin, punya anak setidaknya dua kali setahun.


Kebetulan saya yang terdampak langsung oleh orang egois, serasa melakukan adopsi kucing hingga jumlah piaraan sampai sepuluh ekor. Bawaannya gaduh terus setiap hari, terlebih saat musim kawin.

<iframe src="//www.youtube.com/embed/mVKy65spREc" allowfullscreen="" width="506" height="285" frameborder="0"></iframe>Peraturan kawasan, pemilik seyogyanya tidak meliarkan piaraannya. Ini yang dilakukan sebaliknya, kawin di halaman dan genteng tetangga, melahirkan dan ngendon sampai tiga minggu di dalam plafon rumah saya. Begitu anak sudah bisa jalan dan lompat-lompat, tidak tampak ada yang melakukan adopsi kucing.

Keluarga besar kucing yang pernah gaduh di gentengku | Dokpri
Keluarga besar kucing yang pernah gaduh di gentengku | Dokpri
Mereka berkeliaran cari makan dari tong sampah. Padahal tidak semua asalnya kucing liar, tapi setiap beranak seringnya dibiarkan berkeliaran dan bertahan tergantung seleksi alam.

Lingkaran pertemanan penyayang binatang yang kukenal rata-rata melakukan sterilisasi kucing saat dewasa. Ini justru demi kesejahteraan kucing itu, alih-alih membiarkan piaraan beranak pinak, tapi lepas tangan saat mereka dalam masa gaduh.

Oh, ada berisik bentuk lain. Apalagi kalau bukan kebisingan khas media sosial? Nah, kau pasti tahulah soal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun