Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Sukses Menjadi Penulis: Bersahabat dengan Tenggat

15 April 2015   21:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:03 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_410425" align="aligncenter" width="603" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption]

Menulis untuk hobi, atau pekerjaan, selalu tak terpisah dari tenggat waktu dan ini juga kunci penting agar semua yang direncanakan bisa terlaksana dan membuat kita semakin bersemangat menulis.

Banyak ide, ada kemampuan menulis, ada semangat, tapi kalau tidak diselaraskan dengan disiplin pengaturan waktu dan jadwal maka semua akan menjadi sia-sia dan terhenti di tengah jalan. Penulis mengalaminya, dan masih tetap mendisiplinkan diri dalam hal ini.


Sayangnya ada stigma yang membuat orang gentar dengan kata kunci 'tenggat' atau deadline. Ini sering dianggap beban, sehingga penulis merasa tergopoh-gopoh menulis yang berakibat hasil tulisan tidak maksimal,  dan fatalnya bahkan sampai 'ketinggalan kereta'. Mana ada kereta menunggu penumpang?

Tips ini dimaksudkan lebih sebagai pengingat bagi Penulis sendiri, tapi sekaligus dibagikan di sini dengan harapan bisa membawa manfaat bila relevan buat kita semua. Yuk, kita berteman baik dan mengakrabi tenggat menulis.


Kita tanamkan dalam pikiran bahwa tenggat bukanlah momok. Salah satu alasan terbesar kita cenderung menunda adalah karena jauh di dalam benak, kita menganggap tugas itu kewajiban yang membebani.Ternyata bekerja dengan disiplin itu justru meringankan beban kita. Selalu positif dan berpedoman bahwa semakin cepat pekerjaan kita selesaikan, maka kita akan bisa segera menggarap proyek berikutnya, meraih kesempatan lainnya. Ya itu sejauh yang Penulis alami. Semakin sering kita ketinggalan kereta, semakin kita merasa bersalah, dan ini sungguh kontra produktif untuk pengembangan diri sebagai Penulis.

[caption id="attachment_410276" align="aligncenter" width="360" caption="Post-It penanda tenggat |Foto: Indria Salim"]

1429107563871450328
1429107563871450328
[/caption]

Penetapan tenggat menjadi beberapa porsi kecil, ataupun setengah porsi. Lho, memang proyek menulis itu jenis makanan? Ya, ini istilah yang sering dipakai waktu Penulis dulu menjadi pegawai kantoran. Bahwa apa yang menjadi target yang harus diselesaikan dengan jadwal tertentu, dalam waktu terbatas, itulah piring makanan yang harus kita habiskan dengan sukacita. Misalnya sekarang hari Senin, dan dalam awal minggu ini merencanakan menulis dua artikel (cerpen, puisi, dsb), atau menyelesaikan satu-dua bab (untuk buku, novel dsb.).


Dalam praktiknya, bisa saja muncul peristiwa yang lebih menarik perhatian kita, sehingga berpotensi mengalihkan fokus perhatian pada hal yang sifatnya sesaat. Apalagi buat Penulis yang kadang impulsif, dan 'di luar sana' banyak penawaran kesempatan baru yang tampaknya lebih berkilau. Nah kita harus tetap setia dengan menu minggu yang ada di piring kita. Begitulah kira-kira gambarannya. Lalu kita tetapkan tenggat waktu pertengahan minggu, alih-alih akhir pekan. Dengan begitu, pekerjaan akan kita lakukan dengan lebih ringan karena pembagian tahapan dengan target lebih kecil, namun dengan penjadwalan yang lebih aman untuk antisipasi bahwa menjelang akhir tenggat, kita sudah menyelesaikan sebagian besar tulisan sesuai target.

Kerjakan lebih dulu tugas-tugas rutin, misalnya membersihkan dapur, berbelanja mingguan, menyiapkan sarapan, mencuci motor atau mobil.Ini untuk meminimalisir godaan yang akan merusak jadwal utama menaklukkan tenggat.Dalam beberapa kali peristiwa, saya menyadari bahwa selalu ada saja godaan impulsif melakukan hal di luar yang dijadwalkan. Misalnya, ketika baru akan memulai menulis, tiba-tiba kita merasa sangat ingin menata buku di rak atau meja kerja. Atau, mendadak kita ingin menata ulang lemari baju, atau rak sepatu, atau menyirami tanaman di halaman? Itu sekadar contoh saja. Kita paham benar, kalau kita punya tenggat waktu yang tidak akan bisa ditawar, khususnya bila itu berhubungan dengan pihak lain.

Contoh sederhana, menulis artikel lomba di Kompasiana. Kebetulan dalam minggu itu, ada beberapa lomba yang menarik perhatian kita. Nah, tentu tenggat terdekat, itulah yang perlu kita bereskan lebih dulu, terlepas dari preferensi topiknya. Jujur, Penulis tidak selalu berhasil menaklukkan diri sendiri dalam hal ini. Itu sebabnya tulisan ini dibagikan di sini agar kita saling mengingatkan.


Semakin dekat dengan tenggat waktu, pasti ada di antara kita yang tergoda untuk semakin mengalihkan perhatian diri pada hal lain di luar rencana bertenggat waktu. Pernah Penulis mengalami hal konyol, dengan 'pembenaran diri berhak istirahat sejenak', Penulis terjebak dengan keasyikan membereskan pengarsipan file di laptop. Tahu-tahu waktu tinggal satu jam sebelum tulisan harus dikirim ke e-mail panitia lomba, misalnya.

Menetapkan daftar rencana menulis dan menyusun prioritas. Dalam artikel sebelumnya yang berjudul "Menjadi Produktif Tanpa Stress Konyol" , Penulis menyarankan "agar produktif dengan waktu yang ada, kita perlu menetapkan tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Jika kita mengabaikannya, maka setiap hari kita akan terperangkap dengan perasaan stagnan, tanpa pencapaian, atau kemajuan kehidupan."

Di luar soal tenggat, ada faktor penentu lain sebagai kunci sukses kita. Ini berhubungan dengan pengenalan diri dalam kebiasaan kita (menulis). Setiap individu punya kebiasaan unik atau berbeda satu sama lain. Kita pahami dan gali hal itu, khususnya kebiasaan yang bisa dimanfaatkan sebagai pendorong produktivitas dan semangat menulis. Ada sebagian orang yang lebih suka memulai pekerjaan dari yang paling sederhana atau termudah lebih dulu, baru kemudian berangsur dan bertahap, menyelesaikan hal yang lebih sulit dan dengan 'porsi' lebih besar.

Sebenarnya, Penulis menyiapkan artikel ini dalam rangka melakukan 'pemanasan' sebelum mengerjakan rencana menulis yang lebih besar porsi dan tingkat kesulitannya. Kembali pada soal kebiasaan individu, ada sebagian dari kita yang lebih mudah melakukan hal tersulit lebih dulu, baru kemudian semakin laju menyelesaikan sisa porsi di piringnya.

Maaf, dari tadi Penulis menyebut porsi dan piring. Ini agar kita melihat tenggat menulis seperti melihat semangkuk bakso, atau sepiring nasi Padang lengkap dengan lauk pauk dan sayur nangka nan lezat menggoda. Asyik, kan jadinya?

Jangan lupa gunanya Post-it. *Maaf, ini bukan iklan*Semakin berwarna-warni Post-it itu, semakin kita ingat jadwal menulis sesuai prioritas dan tenggat. Asyik, kan?

Jeda itu wajib, penting, dan baik untuk kesehatan. Perlu diingat, kita bukan mesin atau robot.Kita perlu mengambil waktu khusus untuk pemulihan tenaga, penyegaran pikiran, mengendurkan otot-otot kaku karena duduk manis menulis, dsb. Sempatkan paling tidak setiap satu jam, kita bangkit dari tempat duduk, dan melenturkan pundak, lengan, pinggang dsb. Bangkit dan berjalan-jalan sejenak, atau ngobrol sedikit dengan orang sekeliling, tidak perlu berlama-lama namun secukupnya.Lalu kembali ke.... laptop!

Peduli bahwa setiap menit berharga. Ini agar kita bisa merasakan bahwa setiap menit yang kita gunakan untuk menulis adalah kesempatan berharga yang berdampak ganda, yaitu bisa menulis sesuai target, semakin produktif, semakin semangat, dan kemungkinan besar semakin memberi manfaat bagi orang lain. Kalau kesadaran ini kita perkuat setiap hari, maka lambat laun kebiasaan menunda pekerjaan (dalam hal ini menulis) akan semakin hilang.

Kembali ke porsi di piring! Kenali kapasitas kita menghabiskan porsi yang realistis. Ini untuk meminimalisir stress yang tidak perlu. Semakin kita mengenali potensi dan kapasitas diri, semakin besar porsi yang bisa kita 'habiskan' dan keberhasilan menjadi Penulis produktif dan keren 'beken' akan terwujud nyata. Mudah-mudahan. | @IndriaSalim

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun