Mohon tunggu...
Indriana MS
Indriana MS Mohon Tunggu... Relawan

Gadis manis yang suka berpetualang untuk menjelajah dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Trip

Bengkel Kapal di Pelabuhan Labuhan Haji

17 April 2025   04:09 Diperbarui: 17 April 2025   04:09 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Masuk Pelabuhan Labuan Haji

tiba-tiba seorang teman bapak tadi yang juga sedang memancing menggunakan pancing kayu berteriak sambil tertawa.

"becat tulung aku mne! kokot ne pancing ku sik mpak... (cepat tolong saya ni! pancing saya dimakan ikan)"

Beberapa orang membantu bapak itu menarik pancingnya. Suara gelak tawa dan dan saling sahut terdengar saat prosesi penangkapan ikan itu. Ternyata ikannya lepas lagi haha...

Saya penasaran dengan mercusuar di seberang sana. Saya melangkahkan kaki kesana tapi balik lagi karena anginnya besar, akhirnya saya hanya memotret mercusuar yang sepertinya sudah pensiun, yang dulunya membantu mengarahkan dan menerangi para pelaut saat menyebrang lautan pantai labuhan haji. Tak lupa saya mengabadikan beberapa foto yang ada di dermaga ketiga.

Dermaga yang sering didatangi para pemancing
Dermaga yang sering didatangi para pemancing

Waktu menunjukan pukul 15.42 WITA, wah saya belum sholat ashar!

Saya  berencana kembali balik ke dermaga pertama sekalian pulang tapi tiba-tiba mata saya penasan pada sebuah dermaga kecil, bersembuny dibalik  bangunan yang menyerupai loket kecil dan disekitarnya banyak pemacing juga. Tadi saya sebenarnya sudah melewati bangunan loket ini tapi karena sepi makanya saya lolos ke dermaga ketiga. Terlihat ada 6 bapak-bapak yang sedang asyik mengobrol sambil memancing dan minum kopi lengkap dengan termos kopi nya. Sambil memotret saya mendengar pembicaraan mereka yang membahas soal pertalite yang dioples menjadi pertamax. Beritanya udah lama sih tapi tetap menjadi perbincangan hangat dikalangan bapak-bapak itu. Ditengah heningnya beberapa detik mereka mengobrol, saya tiba-tiba bertanya "pelabuhan untuk bongar muat apa ini pak? manusia atau barang?" Eh malah perbicangan makin panas haha. Yang paling jelas saya ingat dari obrolan bapak-bapak yang sedang lucu-lucunya ini adalah kalau pelabuhan itu bentuk ketidak berpihakan pemerintah pada rakyatnya. Mereka mengklaim kalau pelabuhan yang sudah dibangun ini tidak sampai tuntas dan menghabiskan dana sampai berteriliunan sedangkan mereka? masih susah mendapatkan kesejahteraan. Mereka menganggap bangunan ini sia-sia dermaga ini. Saya berusaha menjadi pendengar saja saat itu sambil melihat amarah diwajah bapak-bapak itu. Kemudian mereka mulai bercerita kembali siapa saja yang mereka jagokan saat pemilu kemarin, saat pemilihan Bupati. Saya hanya bisa tertawa saja karena serandom itu pembicaraan bapak-bapak ini, lompat-lompat gitu pembahasannya, gak sampe tuntas, seperti pembangunan dermaga ini gak sampe tuntas eaaaaa haha. Tempat itu memang sebuah dermaga (pondasi)tapi fungsinya gak seperti dermaga dan juga gak sampai selesai dibangun seperti dermaga 1 3 dan 4 karena jika dihitung kembali sesuai urutannya, dermaga ini harusnya menjadi dermaga ke 2.

Kapal kapal yang karam.
Kapal kapal yang karam.

Setelah berpamitan dengan mereka yang saya temui di dermaga kedua tadi, saya melanjutkan perjalanan menuju gerbang keluar tapiiiiiiii ah dasar aku! ada jalan kecil yang membuat saya penasaran disamping danau buatan dalam area pelabuhan. And you certenly know what! Yaaaaa motor belok kesana haha. Saya susuri jalan yang beralaskan papin blok tapi dipenuhi pasir, sampah dedaunan hingga beberapa pohon roboh yang menutupi jalan itu sehingga jika dilihat dari kejauhan jalan itu buntu padahal sebenarnya itu adalah salah satu jalan untuk menikmati suasana pantai dalam pelabuhan. Mata saya menangkap kembali pemandangan aneh, kok aneh? banyak pipa pipa raksasa yang terhubung hingga ke pantai. Lubang pipa hitam itu bisa muat badan saya saat mencoba untuk memasukinya. Saya ingin terus mengikuti ujung dari pipa yang menuju kelaut hingga mempertemukan saya dengan satu mercusuar lagi berwarna hijau. Saya hanya bisa melihat mercusuar itu dari kejauhan, saat saya akan melanjutka kendaraan kesana. Saya rasa waktu tidak cukup karena saya belum sholat ashar. Disamping itu jalannya jelek, walau banyak motor pemacing yang memaksakan jalan sampai sana. Banyak bangunan bangunan seperti kantor, bengkel, aula, gudang dan rumah rumah dinas yang terbengkalai di area pelabuhan itu. Sayang saja rasanya sebuah fasilitas negara tidak digunakan sebagiaman mestinya malah digunakan sebagi tempat memancing dan rekreasi MAHAL. MAHAL karena mereka memancing dan rekreasi diatas tanah yang menghabiskan banyak pajak rakyat yang seharusnya dibuat sebagiai fasilitas penyebrangan secara aktif dan menghasilkan banyak pundi-pundi rupiah lagi dari transaksi rakyat dengan pemerintah lewat tempat ini tapi itu hanya bertahan saat satu periode menjabat saja. Entah siapa lagi yang akan disalahkan, yang jelas bukan salah gue!

Saat menulis artikel ini, saya mulai sok tahu (gimana gak sok tahu, wong pejabat  pemerintahannya sok tahu haha)

Kira-kira bisa gak ya, setiap program yang sudah berjalan dan gak banyak kontraversi dikalangan rakyat bisa terus berlanjut walau terjadi pergantian pemegang kekuasaan? Biar kelihatan gitu progresnya. Sepenglihatan saya, saat mereka melihat suatu program yang sudah dibuat, diaplikasikan dan baru satu kali berjalan kemudian gak ada progres merka bakal pindah membuat program yang lain padahalkan harus ada monitoring dulu, evaluasi, gak bisa keliatan 1 sampe 5 tahun juga hasilnya karena ini cakupannya daerah, apalagi negara. Bisa gak sebelum lepas sambut jabatan mereka operan beban-beban tugas dulu?. Saya curiga mereka gak operan tugas saat kekuasan berpindah tangan dari penguasa pertama ke penguasa selanjutnya karena menurut pemikiran minimalis saya tiap penguasa punya kepentingan masing-masing yang harus direalisasikan (hmmm kenapa sih pikiran ini pintar sekali? haha). Mereka sadar gak sih yang namanya berkuasa 5 tahun gak akan bisa langsung bisa berjalan dengan baik kalau gak terus di evaluasi dan ditindak, itupun berdasarkan suara rakyat bukan berdasarkan "menurut pemikiran baik saya" kata-kata pemerintah yang sok tahu dan selalu mengambil keputusan dari kacamatanya saja terus gak mau turun total ke masyarakat. Udah gitu kalau turun kemasayarakat cuma di permukaan aja, gak sampai masuk ke plosok, pengawalnya banyak banget, sak sak snaiper diturunin yaaahhh biar kata buat menjamin keselamatan pemegang kekuasaan saat itu ya jangan lebay-lebay amatlah, seperlunya aja. Ujung-ujungnya bukan efisiensi tapi boros pakek bayar banyak aparat dan pejabat yang ikut turun dengan judul "Dana Perjalanan Dinas".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun