Berbagi Cinta Kepada Alam Melalui Ritus Aktivitas Pertanian.

Tidak menyangka setelah berdiskusi dengan salah satu pegiat Literasi Lombok dan seorang penulis ternama nya bernama bang Lalu Abdul Fatah. Saya baru tahu ternyata ritus yang ada di Lombok bertemakan Sedekah Bumi sudah banyak dilakukan beberapa daerah di Indonesia khususnya pulau Jawa. Salah satunya adalah Sedekah Bumi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang dikenal dengan nama Dekah Deso. Ternyata di Lombok pun juga memiliki ritual yang sama sebagai simbol sedekah bumi sasak dikenal dengan nama Nunas Nede.

 

Beberapa bulan yang lalu tepatnya hari Minggu, 18 Desember 2022, saya berkesempatan untuk mengikuti sebuah acara jelajah budaya yang ada di desa Kesik kecamatan Masbagik. Acara yang sekarang menjadikan Desa Kesik sebagai salah satu destinasi wisata budaya di Lombok Timur membawa saya berkeliling mengunjungi kampung kesenian dan tanpa terkecuali mengikuti prosesi adat yang cukup menambah wawasan saya kembali tentang kearifan lokal serta ritus ritus budaya di Lombok Timur.

 

Nunas Nede dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai permintaan atau permohonan. Ritual Nunas Nede biasanya setiap tahun dilakukan mendekati musim penghujan atau musim tanam padi oleh masyarakat Kesik. Tradisi warisan turun temurun ini merupakan suatu cara ungkapan syukur masyarakat atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan juga merupakan permohonan agar padi yang mereka tanam tetap dilindungi dari hama, kekeringan atau hal hal yang bisa membuat musim tanam tahun itu gagal sehingga padi yang mereka tanam bisa tumbuh sehat serta melimpah ungkap pemandu wisata yang menemani saya sepanjang perjalanan bernama Oris. Sebelum berangkat peserta diberitahukan oleh pemandu jelajah wisata hari itu kalau ritual ini memiliki pantangan khusus untuk perempuan yang sedang berhalangan. Jadi untuk perempuan yang sedang berhalangan bisa mengikuti prosesi tapi berada di luar arena ritus. Hal tersebut dilakukan agar kesakralan acara adat tetap terjaga. Mendengar himbauan itu tiba tiba pikiran saya teringat tentang salah satu aturan dalam islam saat masuk ketempat beribadah yaitu harus dalam keadaan suci. Saya menjadi bertanya apakah tempat yang akan kami masuki ini sangat suci seperti tempat ibadah? Apakah dalam kegiatan yang saya ikuti ini akan berinteraksi dengan kekuatan magis dari mendiang leluhur leluhur nya? Entah apa yang merasuki pikiran saya hingga bertanya seperti itu dalam benak saya saat pemandu menyerukan himbauan nya.

 

"Kenapa ritualnya tidak kita lakukan saja di taman Tirta Ratu tempat kita mulai tadi, kan disana luas dan dekat sawah?"

 

 "Sebenarnya ritual Nunas Nede yang asli dilakukan di taman Tirta Ratu tempat para peserta jelajah budaya berkumpul. Di Taman Tirta Ratu ini ada sebuah mata air yang bernama mata air Rumetak. Mata air Rumetak merupakan sumber mata air dalam mengairi sawah atau ladang masyarakat kesik yang melimpah ruah. Mata air ini pula dipercaya oleh masyarakat setempat dahulu nya adalah tempat permandian para putri kerajaan Lombok karena ada sebuah bekas telapak kaki perempuan di sekitaran mata air. Tapi karena taman Tirta Ratu sedang mengalami perbaikan maka acara dipindah dekat rumah pemangku adat di dusun Tengak Bat "