Secara tidak langsung bahasa ibu menjadi media komunikasi dan interaksi dengan orang terdekat seperti anak dengan orang tua, anak dengan pengasuh, anak dengan keluarga besar atau anak dengan lingkungan sosialnya.Â
Kasus yang pernah terjadi anak dengan orang tua asli indonesia. Si anak diajari bahasa inggris sejak kecil, disekolahkan di sekolah internasional dan bahkan di rumah pun menggunakan bahasa inggris meskipun tinggal di salah satu kota besar di Indonesia.Â
Alhasil bahasa ibu yang seharusnya bahasa Indonesia justru hilang. Padahal sebagai WNI yang baik kita menyadari bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan serta memaknai bahasa Indonesia sebagai bagian dari perjuangan pemuda jaman penjajahan melalui Sumpah Pemuda.Â
Orang tua seakan mengesampingkan bahasa persatuan dan menanamkan stigma bahasa asing seperti bahasa Inggris lebih keren atau lebih berkelas sebagai bahasa komunikasi sehari-hari meskipun masih tinggal di wilayah Indonesia.Â
# Menciptakan Dinding Pembatas Interaksi Sosial si Anak
Anak yang terlalu fasih bahasa asing dibandingkan bahasa ibu perlahan menciptakan dinding pembatas interaksi sosial si anak. Orang atau anak lain akan menilai si anak sok kebule-bulean dan si anak minder berinteraksi dengan lingkungan sekitar.Â
Bagaimana tidak, orang jadi segan berkomunikasi dengan si anak yang hanya paham bahasa asing sedangkan anak bisa tidak percaya diri atau jadi bahan bully-an orang sekitar karena tidak mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.Â
Teringat beberapa tahun lalu banyak artis atau aktor blesteran yang tampil di TV Nasional. Kemampuan bahasa Indonesia nya lebih rendah dibandingkan bahasa Inggris. Alhasil si artis/aktor mengucapkan kalimat terkesan kaku atau mengalami guyonan oleh penonton atau orang sekitar.Â
Hal lain ada kemungkinan tercipta lingkungan interaksi ekslusif dari diri si anak. Anak akan memilih lingkungan yang sejalan dengan dirinya dan membatasi interaksi dengan teman sebaya yang kesusahan berkomunikasi dengan dirinya.Â
# Kebingungan Pada Pola Daya Tangkap Anak