Sudah terlihat jelas, sahabat saya yang dulu berjualan masker dan menganggap bisnis ini menguntungkan sudah jauh-jauh hari tidak menjual lagi.Â
Selain karena munculnya masker murah, masyarakat yang sudah divaksin lengkap merasa percaya diri kebal sehingga mulai mengurangi pemakaian masker.Â
Saya pun dulu hobi menyetok masker untuk di rumah dan kantor bahkan ketersediaan masker sudah disiapkan hingga 2 bulan ke depan. Kini munculnya kebijakan pelonggaran masker tentu membuat saya hanya membeli sesuai kebutuhan saja.Â
Dulu begitu banyak penjual masker di pinggir jalan sekarang pun mulai berkurang. Tidak jarang harga masker diobral murah agar cepat habis.Â
Mirip dengan kasus Tes Rapid Antigen dan PCR. Ketika muncul kebijakan tidak mewajibkan tes ini jika sudah vaksin lengkap. Banyak klinik atau penyedia jasa rapid menurunkan harga besar-besaran.Â
Dulu harga rapid tes antigen seharga 300ribu kemudian turun 150 ribu di sekitar tempat tinggal masih banyak yang mencari. Kini akibat kebijakan pelonggaran syarat Tes Rapid. Harga Tes Antigen turun hingga 50 ribu namun klinik terlihat sepi.Â
Saya yakin sebentar lagi kondisi ini juga akan menimpa Masker meskipun penurunan secara bertahap. Tidak dipungkiri meski sudah ada kebijakan pelonggaran masker, masyarakat kita sudah menjadikan masker sebagai atribut sehari-hari.Â
Butuh waktu penyesuaian agar masyarakat terbiasa lagi tanpa masker. Artinya usaha ini masih berjalan namun hanya menunggu waktu hingga nantinya masker kembali hanya ditemukan di apotek atau toko tertentu.Â
***
Masker, terlihat sederhana namun nyatanya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Jika dulu penggunaan masker hanya di kalangan medis atau mereka yang terkena sakit seperti flu namun kini masker telah digunakan oleh mayoritas dari kita meskipun dalam kondisi sehat.Â
Tingginya permintaan masker membuat usaha ini begitu menjamur dan menjadi tumpuan banyak orang. Bahkan kelangkaan masker yang sempat terjadi di awal pandemi membuat harga masker bisa tembus hingga lebih dari 10 kali lipat.Â