Atasan pun Butuh Introspeksi Diri

Jika hal ini tidak dievaluasi secara personal bisa jadi atasan akan kehilangan citranya sebagai sosok teladan. Manajemen mempercayakan suatu posisi sebagai atasan pasti dengan pertimbangan kinerja yang baik, bisa diandalkan dan dapat menjadi contoh bagi bawahannya. 

Namun ketika leadership dan time management lemah yang ada bawahan akan bekerja setengah hati. Bahkan sangat sering dibelakang, para bawahan menjelekan si atasan karena dianggap gagal menjadi atasan yang baik. 

3. Berikan Yang Terbaik Tapi Bukan Berlebihan

Kita pasti ingin memberikan hal terbaik bagi perusahaan. Segala cara dilakukan agar ekspetasi dari manajemen bisa tercapai dan puas dengan kinerja kita. 

Atasan Yang Membangun Interaksi Dengan Team. Sumber Liputan6.com

Tidak jarang ada yang rela lembur untuk menyelesaikan pekerjaan, membawa pekerjaan yang belum selesai untuk dikerjakan di rumah hingga tetap memikirkan segala pekerjaan meski sudah pulang kerja. 

Padahal segala yang berlebihan itu tidak baik. Kita buat contoh perusahaan roti menargetkan produksi 100 bungkus per hari. Namun karena atasan terlalu semangat, dirinya meminta bawahan bekerja ekstra hingga menghasilan 200 bungkus di hari tersebut. 

Mungkin akan terlihat bagus karena over target namun ini justru menciptakan masalah baru seperti gudang menjadi sangat penuh, biaya produksi dan operasional membengkak hingga usia roti yang pendek membuat roti banyak rusak karena tidak terdistribusi dengan segera. 

Maksud hati ini memberikan terbaik dengan bekerja berlebih justru memberikan kerugian. Ini pun bisa terjadi pada lingkungan kerja kita yang tidak sehat. 

Atasan yang suka memberikan beban kerja tambahan diluar jam kantor bisa membuat karyawan potensial stres, sakit karena terlalu bekerja tanpa henti dan akhirnya si karyawan potensial resign. 

4. Staf Bawahan Adalah Aset Berharga