Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Aku dan Teror Leak Villa Dewa (Part 2)

30 Oktober 2021   09:22 Diperbarui: 23 Oktober 2023   23:10 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Tari Calon Arang | Shutterstock

Ini adalah lanjutan kisah sebelumnya. Kisah perjuangan terbebas dari teror Leak di Villa Dewa

Kisah Sebelumnya : Villa Dewa dan Leak Gegendu

*** Usaha Kabur dari Villa Dewa ***

Aku masih ingat suasana mencekam malam itu. Seakan masih tidak percaya dengan apa yang ku lihat dan rasakan. 

"Ayo bangunkan Ayu dan Randi. Kita harus pergi dari tempat ini" Suara Saras terucap gemetar padaku

Suara gonggongan anjing kembali terdengar sahut menyahut. Ini sudah mau menjelang subuh namun bulu kuduk seakan enggan untuk pergi

Aku dan Saras bergegas menuju kamarku dan Randi. Ku lihat Randi tertidur dengan lelap. Berulang kali ku coba bangunkan namun seolah usahaku sia-sia. Entah apa yang membuatnya tidur begitu terlelap. 

Ku alihkan pandangaku ke Saras di sebelahku. Tiba-tiba ia cipratkan air tirta yang tadi digunakan untuk mengusir Leak Gegendu ke wajah Randi. Seketika Randi terbangun dalam tidurnya. 

"Ada apa ini?" Suara Randi terucap bingung melihat aku dan Saras ada di sebelahnya. 

"Ayo bangun, kita harus segera pergi dari vila ini" Kataku sambil seolah menarik kerah baju Randi untuk segera bersiap

"Kenapa? " Randi masih bertanya heran

"Nanti kami ceritakan. Segera kita bangunkan juga Ayu" Saras menimpali

Kami bertiga berlari menuju kamar Ayu. Sesampainya, Saras mencipratkan kembali air tirta itu ke wajah Ayu agar tersadar. Setelah tersadar, Kami berempat lalu segera mengemasi barang. Tidak cukup waktu ku jelaskan apa yang barusan terjadi antara aku dan Saras. 

Aku hanya berpikir, kami harus segera pergi. Saya sudah terlanjur ketakutan melihat hal gaib di depan mata. 

*** Teror Leak Menemani Kepergian Kami ***

Mobil sedan yang terparkir di depan Villa segera ku hidupkan. Entah kenapa aku ingat jam itu menunjukan pukul 04.12 WITA. Waktu yang terbilang subuh untuk menyalakan mesin kendaraan. 

Satu persatu barang kami kemas dan taruh dalam mobil. Kami seakan diburu waktu, ada rasa yang tidak biasa. Aku merasa ada mata yang mengintai namun entah dari mana asalnya. Aku hanya fokus, kami harus pergi subuh ini, titik. 

"Aku yang menyetir ya!" Pintaku saat itu dan yang lain setuju. 

Jam menunjukan waktu 04.30 WITA ketika kami mulai meninggalkan Villa Dewa menuju Tabanan, kediaman Saras. 

Suasana masih terasa mencekam. Saras menceritakan apa yang ia dan aku alami semalam. Randi dan Ayu hanya bisa mendengar dengan rasa takut yang sama seperti aku rasakan. 

Aku juga baru tahu bahwa pecahnya gelas minuman saat kami mengobrol di Villa bukan hal biasa. 

Ida Ayu Kadek Saraswati (Saras) yang berasal dari kaum Brahmana di Bali ternyata dibekali kemampuan untuk mendeteksi racun gaib yang dinamakan cetik. Itulah mengapa Saras merasa ada yang aneh pada minuman yang dibawa Pak Nyoman. 

Penilaian negatif yang semula terlintas karena tingkah Saras saat itu sirna seketika. Bagaimana nasib kami bertiga seandainya tidak ada Saras saat itu. 

Apakah kami bisa selamat dari racun gaib itu yang katanya bisa menyengsarakan atau bahkan membuat korban meninggal perlahan. 

Brakkkkk.... 

Sepotong dahan tiba-tiba roboh di depan kami. Aku yang terkejut berusaha menginjak rem dan mengendalikan mobil. 

Untunglah masih bisa mengerem tepat waktu. 

Randi dan Ayu yang duduk di belakang pun merasakan kekagetan yang sama dan hingga terdorong ke depan karena rem ku yang tiba-tiba. 

Nuansa mistis mulai terasa kembali. Dahan pohon yang tumbang di depan mata, mobil tiba-tiba mati dan posisi kami di tempat yang sunyi. 

"Do megedi (Jangan Pergi)" Terdengar suara dari antara pepohonan. Suara ini kami dengar semua. 

Suara seperti kakek-kakek namun melengking seakan membentak kami. Ayu menangis ketakutan, Aku dan Saras saling berpandangan. 

Seketika kami keluar dari mobil memastikan lagi apa yang terjadi. Randi, Ayu dan Saras memindahkan batang pohon yang roboh ke pinggir jalan. Aku mengecek mesin mobil. Mencari tahu apa yang membuat mobil mati seketika. 

"Entah lah, mobil perasaan tadi baik-baik saja" Kataku sambil sesekali mengecek elektrikal mesin

"Coba kamu cek accu-nya. Mungkin kabelnya lepas" Kata Randi

"Sudah, tidak ada masalah" Jawabku

10 menit aku dan Randi mencari tahu penyebab matinya mesin. Disaat kami sibuk mengecek kendaraan, Saraa mencoba menelpon keluarganya di rumah. 

"Ratu Ajik, Tolongin Dayu (Sebutan Singkat dari Ida Ayu) Jik" Suara Saras terdengar jelas saat panggilannya diangkat oleh ayahnya. 

Aku hanya mendengar sekilas Saras menjelaskan apa yang menimpa kami berempat. Terlihat mimik wajah Saras berubah serius berbicara dengan ayahnya. Tidak butuh lama, panggilan telepon pun berakhir. 

"Air tirta yang ku bawa mana?" Saras bertanya pada kami. 

Kami pun mencari di dalam mobil secara perlahan. 

"Ini" Ayu menyodorkan botol air yang ditemukan disamping tasnya. 

Diambilnya botol itu dan seketika Saras memutari mobil sambil tangan mencipratkan air tirta ke arah mobil tersebut. 

"Coba Ndra, hidupkan mobil lagi"

Aku pun mencoba menghidupkan mesin sesuai permintaan Saras. 

"Mesin hidup" Teriakku bahagia

"Ayo kita berangkat lagi" Kataku lagi

"Tapi gimana kalau tiba-tiba mesinnya mati lagi?" Pertanyaan Ayu memecah suasana

"Tenang, ayahku akan mengawasi kita di jalan dari gangguan leak itu" Kata Saras

"Berarti kita tengah diganggu leak semalam?" Aku bertanya ingin memastikan

Tak ada ucapan hanya anggukan kepala Saras seakan tanda mengiyakan

Tanpa pikir panjang, perjalanan pun kami lanjutkan ke rumah Saras di Tabanan

*** Leak Itu Menuntut Obat***

1,5 jam perjalanan hingga kami menuju Griya Anom, rumah Saras di Abian Tuwung, Tabanan. 

Ilustrasi Rumah Dengan Desain Budaya Bali | Sumber Arsitag
Ilustrasi Rumah Dengan Desain Budaya Bali | Sumber Arsitag

Kami bergegas mengikuti Saras masuk ke dalam Griya. Suasana Griya terasa sejuk, ada bale besar di dalam Griya dengan tanaman bunga Kamboja dan Cempaka menghiasi sekitar Griya. 

Kedatangan kami disambut oleh orang tua dan beberapa kerabat Saras. Pakaian mereka sangat kental masyarakat Bali. Kaum pria menggunakan kain putih dan kemeja putih. 

Seorang lelaki bertubuh tinggi sedikit tambun dengan jenggot menyapa kami. Ternyata ini Ratu Ajik (sapaan ayah) yang tadi dihubungi oleh Saras. 

Satu persatu kami salim kepada keluarga dan kerabat Saras yang menyambut kami pagi itu. Disuruhnya kami istirahat, mandi dan istirahat. 

Saras menemani Randi dan Ayu menuju sebuah ruangan untuk menunaikan sholat Dhuha. Aku hanya bisa menunggu di Bale besar yang ada di tengah Griya ditemani oleh ayah Saras dan beberapa kerabat pria lainnya. 

"Gimana pengalaman semalam, apa Dek Indra takut?" Ratu Ajik bertanya padaku

"Saya gemeteran Jik, saya baru pertama kali ini melihat hantu leak"

"Itu bukan hantu. Leak itu hanya makhluk jadi-jadian" Ungkap Ajik meluruskan perkataanku

"Beginilah Bali. Sarat budaya dan hal-hal sakral serta mistis" Ratu Ajik menambahkan lagi

"Saya masih syok Jik" Ungkapku jujur

"Tenang, nanti Ajik dan yang lain bantu menetralisir. Dek Indra istirahat dulu. Nanti tengah hari, kita kumpul lagi di Bale ini" 

Ajik kemudian meminta kerabat lain mengantarkan saya ke sebuah kamar untuk istirahat sejenak. 

Entahlah apa aku bisa istirahat setelah apa yang terjadi dari semalam. Namun akhirnya aku memilih untuk istirahat sejenak menenangkan pikiran. 

Waktu menunjukan pukul 12.10 WITA. Tepat siang hari, aku, Randi, Saras dan Ayu dikumpulkan di Bale Besar. Disana sudah berkumpul orang tua Saras dan 3 orang kerabat pria lainnya. 

Pakaian mereka semua menggunakan pakaian khas bali dengan beberapa benda yang terasa asing bagiku. 

Ada dupa, setumpuk sesajen disiapkan di salah satu sudut Bale. 

"Dek Indra, Dek Randi dan Dek Ayu. Sebentar lagi akan ada tamu yang berkunjung. Kalian gak usah takut" Ayah Saras seketika memberikan sebuah informasi pada kami. 

Dupa dan sesajen mulai dipersiapkan. Seketika Ratu Ajik mengambil sikap bersila dan mengeluarkan genta kecil dari sakunya. 

Berulang kali ia mengucapkan doa sekilas terdengar seperti mantra. Aku kurang mengerti apa yang diucapkan karena menggunakan bahasa Bali. Yang ku pahami berulang kali genta dibunyikan seiring dengan doa yang diucapkan. 

Angin yang semula tenang entah kenapa berubah cukup keras. Ruangan Bale yang terbuka tentu membuat kami yang ada disana merasakan hembusan angin yang kuat. 

Seorang pria tiba-tiba berdiri dan berpindah duduk tepat dibelakang Ratu Ajik. Tanpa terduga tubuh Ratu Ajik terjatuh lemas ke arah belakang. Dengan sigap pria yang dibelakang seakan sadar langsung menopang tubuh Ratu Ajik. 

Suara Ratu Ajik berubah menjadi cekikan panjang dan terasa berat. 

"Apakah Ratu Ajik kesurupan" Aku seakan bertanya dalam hati

"Ring Dije Pianak Nike (Ada dimana anak-anak itu?) Teriak Ratu Ajik menggelegar

"Sira Niki? (Siapa ini?)" Lelaki di belakang Ratu Ajik bertanya

"Nyoman" Terdengar sebuah kata yang diucapkan sambil tertawa

"Nyoman Sira? (Nyoman, siapa?) "

"Nyoman Saking Ubud (Nyoman dari Ubud)"

Pikiran saya dan teman-teman langsung tertuju pada sosok Pak Nyoman, penjaga Villa Dewa. Apakah dirinya yang dibilang tamu yang akan datang? 

"Jagi ngudiang mriki? (Kamu ngapain kesini?)"

"Tiang Nunas Obat (Saya Minta Obat)" Kata sosok yang memasuki tubuh Ratu Ajik

"Obat punapi? (Obat apa?)" Tanya pria itu lagi

"Obat niki (obat ini)" Jawabnya sambil menepuk dada

"Yen tan maan obat. Lakar kematiang pianak nike" (Jika tidak dapat obat. Akan saya bunuh anak itu)"

Sosok itu tertawa berulang kali, beberapa pria memegang tubuh Ratu Ajik sekuat tenaga seakan sosok yang ingin merasuki ingin berontak. 

Salah satu kerabat Saras mencipratkan air tirta ke tubuh Ratu Ajik. Tubuh Ajik meronta seakan kesakitan namun perlahan mulai tenang dan tersadar seperti semula.

"Ras, itu kenapa? " Ayu yang semula terdiam mengamati mulai bertanya pada Saras yang duduk di sampingnya. 

"Tubuh Ajik dimasuki sukma Pak Nyoman. Dia menagih obat"Saras menjelaskan

" Obat apa Ras? Kenapa dia minta obat ke kita?" Tangan ayu memegang ujung kebaya Saras. Dirinya seakan bingung dengan segala hal bernuansa mistis. 

"Indra sempat lempar sesuatu ke tubuh leak itu. Wujud asli si leak tengah kesakitan dan meminta obat kepada Indra"

"Dia akan teror aku dong" Aku yang duduk dibelakang mereka dan menguping apa yang dibicarakan mulai gelisah. 

Bisa-bisanya aku diincar oleh si leak itu. Aku harus bagaimana, otakku penuh banyak tanya. Apakah ini akan berakhir seperti di film, hidupku akan diteror selamanya oleh makhluk jadi-jadian itu

"Sudah tenang. Nanti Ajik dan orang-orang disini akan bantu kalian" Suara Ajik tiba-tiba muncul seakan paham tentang kekalutan kami. 

"Bagus, kumpulkan beberapa krama banjar. Malam ini sepertinya akan ada tamu yang datang ke Griya" Ajik memberikan arahan pada seorang kerabatnya. 

Seakan paham, kerabat yang bernama Ida Bagus pun hanya mengangguk dan berlalu mengikuti instruksi Ratu Ajik. 

*** Leak Itu Datang Menagih Obat***

Jam menunjukan pukul 9 malam, di dalam griya berkumpul beberapa pemuda dan tetua berbincang dengan Ratu Ajik di Bale Besar. Entah mungkin ada 8 orang disana. 

Aku, Randi, dan Ayu hanya bisa menatap dari dalam rumah utama. Saras sibuk melayani tamu yang sengaja diundang Ajik malam itu. 

Hatiku masih tersimpan rasa takut. Apa benar leak itu akan datang ke Griya malam ini? Bagaimana bisa karena jarak rumah Saras dan Villa Dewa puluhan kilometer. 

Dunia magis memang menyimpan banyak hal yang tidak bisa ditangkap secara nalar. 

"Kalian disini saja ya. Biarkan nanti Ajik dan teman-teman yang berjaga untuk kalian" Ibu Saras yang dari tadi sore menemani kami di rumah utama membuka pembicaraan

"Iya, biang (ibu)" Saya hanya bisa mengangguk namun hati harap-harap cemas seakan trauma jika harus melihat wujud leak berwujud kuda berkaki 3 lagi. 

Semakin malam suasana semakin tidak karuan. Udara yang harusnya dingin mulai terasa panas. Suara anjing menggonggong mulai terdengar sahut-menyahut. Suara kodok pun seakan menimpali suara anjing. 

Suasana ini mirip dengan suasana di Villa Dewa malam itu. Randi dan Ayu pun mulai berbisik seakan mengingat hal sama yang ku rasakan saat itu. 

Tanah tiba-tiba bergetar seperti ada sesuatu yang besar melintas. Semakin lama getaran kian terasa. 

Ku melihat Ratu Ajik dan orang yang semulai di Bale Besar mulai bergegas menuju depan Griya.

"Apakah si leak sudah datang?" Aku bertanya dalam hati

Belum lama berselang muncul suara tidak terduga, 

Duarrrrr.... Duarrrrrr

Suara mirip petasan dan terdengar cukup keras. Kami bertiga beserta orang yang ada di dalam rumah keluar karena penasaran. Suara apakah itu, kenapa terdengar keras hingga ke dalam rumah. 

"Jika ada yang keluar dalam tanah, injak!"Ajik memberikan perintah kepada pemuda yang ada disampingnya

" Huahhaaaa... Huahhaaaa" Suara menggelegar terdengar diantara kami

Tanah mulai bergetar seakan ada sesuatu dalam tanah. 

Duarrrr, sekali lagi muncul ledakan tapi ini berasal dari dalam tanah. 

Sungguh suasana mengerikan saat itu, tanah tiba-tiba terbelah dan muncul sosok kepala bertaring dengan wajah seram dari dalam tanah. 

Matanya besar seakan menunjukan tengah marah, suara tertawanya sangat menakutkan. Aku merinding melihat wujudnya. 

"Celuluk, itu Celuluk" Seorang berteriak sambil menunjuk makhluk itu

"Injak, buruan injak" Ajik mengeluarkan perintah

Wajah Celuluk Sebagai Salah Satu Perwujudan Leak | Sumber Yoga Sumantara
Wajah Celuluk Sebagai Salah Satu Perwujudan Leak | Sumber Yoga Sumantara

2 orang pemuda berlari dan menginjak kepala makhluk itu. Wajahnya kian beringas seakan ingin keluar dari dalam tanah dan menyerang kami. 

Saya melihat 2 pemuda itu saling memainkan kaki untuk menginjak si kepala leak itu agar tidak keluar. 

Saya melihat jelas kepala leak itu berusaha sekuat tenaga untuk keluar namun seakan tidak berdaya karena terinjak dari atas kepalanya. Suara ketawanya kian menjadi-jadi seakan ingin menakuti orang yang menginjaknya. 

Perlahan kepala leak itu pun masuk kembali dalam tanah. Tidak butuh waktu lama, terdengar ledakan lagi dari sudut lainnya. 

Kembali wajah leak yang disebut Celuluk itu mencoba keluar dari bagian tanah lainnya. 

"Itu disana, injak lagi" Beberapa orang lain berlari menuju si leak muncul dan kembali menginjak hingga masuk ke tanah. 

Kami hanya bisa menonton dari kejauhan tanpa bisa berbuat apa-apa. Ajik melarang kami mendekat ke leak tersebut karena kami adalah sosok yang diincarnya. 

Berulang kali muncul ledakan namun orang-orang disana berhasil menahan si leak agar tidak keluar dalam tanah. 

"Mati jani Cai (mati kamu sekarang)" Sebuah suara tanpa wujud terdengar keras

"Mai mesiat (Sini bertarung), suara itu terdengar diantara pepohonan besar yang ada tidak jauh dari Griya. 

Sebuah bola api muncul terbang dari balik pepohonan. Bola Api sekilas seperti Banaspati. Berukuran sebesar bola kaki namun terbang diatas langit. Api itu terlihat jelas dan seakan tidak membakar apapun yang dilintasi. 

Bola itu terbang seakan ingin menuju dalam Griya namun seakan terhalangi sesuatu. Sepertinya Ajik sudah tahu akan terjadi kondisi ini dan sudah membentengi Griya dengan tembok gaib saat sore tadi. 

Bola api itu berulang kali terbang dan membuat kehebohan bagi yang melihat. Termasuk aku, Randi dan Ayu. 

Ayu pun nyaris pingsan seakan takut dan tidak percaya dengan apa yang dilihat. Untung ada Randi dan Biang yang cepat membawa Ayu masuk ke dalam rumah

Wujud Banaspati | Sumber Fandom
Wujud Banaspati | Sumber Fandom

Ratu Ajik bergerak maju seakan menerima tantangan sosok bola api tersebut. Ia mengeluarkan sebuah keris kecil dan meletakkan dalam tangannya. 

Bibir Ajik terlihat komat-kamit membaca doa. Keris itu berubah warna menjadi merah dan melesat terbang dengan sangat cepat ke arah Bola Api. 

Argghhhhhhh...., suara kesakitan terdengar sangat jelas. Keris itu seakan mengenai wujud si Bola Api. 

Bola Api itu terbang kian tinggi dan perlahan meninggalkan Griya seakan kalah kekuatan dengan yang dimiliki oleh Ajik. 

Pemuda dan tetua disana tiba-tiba bersorak kegirangan. Seakan tanda perang telah usai dan dimenangkan oleh Ajik. 

Selepas malam itu. Ajik meminta kami bertiga untuk tinggal sehari lagi di Griya. Ajik menenangkan kami bahwa kondisi sudah dinetralisir dan kami hanya butuh istirahat dan meredakan syok melihat fenomena tidak biasa. 

Entahlah kejadian itu begitu membekas dan seakan tidak mau menghilang seakan tertanam begitu kuat hingga sekarang. Kisah Mistis di Pulau Bali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun