Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pahami Etika Komunikasi Menelpon di Luar Jam Kerja

13 Agustus 2021   13:09 Diperbarui: 15 Agustus 2021   11:12 4165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan dihubungi rekan kerja di luar jam kerja | Sumber: Freepik.com

Pukul 06.23 pagi, tiba-tiba handphone berbunyi, bukan suara alarm namun panggilan masuk dari konsumen. Ini bukan pertama kali bahkan sering menerima panggilan telepon di luar jam kerja. 

Sebenarnya panggilan hari ini cukup membantu karena sekalian menjadi alarm di pagi hari. Namun, tetap ada perasaan kesal karena sejatinya panggilan tersebut masih bisa dilakukan saat jam kerja.

Senior saya pun pernah menyampaikan uneg-uneg karena di saat sudah pulang kerja masih dihubungi seputar urusan kerja. Padahal saat masih jam operasional, data tersebut tidak diminta namun ketika sudah sampai di rumah justru atasan meminta data tersebut. 

Tidak sedikit banyak orang kurang memahami etika berkomunikasi di luar jam kerja. Kesalahan mendasar bahwa mengganggap orang yang dihubungi harus stand by 24 jam setiap hari jikalau dirinya menghubungi.

Pihak penelpon seakan mengabaikan hak orang yang dihubungi. Bisa jadi pihak yang ditelpon tengah beristirahat, berkumpul dengan keluarga, liburan, cuti kerja, melakukan aktivitas lain dan sebagainya. 

Apa yang perlu diperhatikan sebelum menelpon seseorang di luar jam kerja? 

1. Konfirmasi Sebelum Menelpon

Saya menyarankan seandainya ingin menelpon seseorang di luar jam kerja dan khawatir mengganggu yang ditelpon, maka tidak ada salahnya untuk konfirmasi terlebih dahulu setidaknya melalui pesan singkat. 

Saya pun berusaha menerapkan hal ini dengan meminta izin, apakah bisa menghubungi di luar jam kerja. Apabila si penerima merasa tidak keberatan dan mengizinkan untuk menghubungi maka kita bisa langsung menelpon orang yang dituju. 

Cara ini juga menghindari rasa kesal dari si penerima karena tiba-tiba kita menelpon di waktu tidak tepat. 

Misalkan si penerima tengah asyik bermain game online, namun ternyata telepon kita mengganggu aktivitasnya. Bisa jadi saat di saat diangkat, si penerima akan meluapkan kekesalan pada kita. 

Konfirmasi semacam ini juga bisa menghindari perubahan emosional ketika muncul panggilan tak terduga di luar jam kerja. Ada banyak kasus ketika tengah lelah terjebak macet saat pulang kerja atau berdesakan dalam KRL. 

Kondisi seperti ini mudah membuat emosi berubah seketika, apalagi kita masih sibuk menelpon dirinya terkait urusan kerja. 

Kita perlu memastikan kembali keadaan emosional si penerima dengan konfirmasi melalui pesan singkat. 

2. Ucapkan Permohonaan Maaf Mengganggu

Adakalanya panggilan yang kita lakukan bersifat urgent dan harus disampaikan kepada si penerima. 

Mau tidak mau kita harus menelpon di luar jam kerja. Alangkah baiknya ucapkan permohonan maaf di saat telepon diangkat oleh si penerima. 

"Maaf pak, saya mengganggu diluar jam kerja"

"Maaf pak, waktu istirahat bapak terganggu karena telepon dari saya"

Kalimat pembuka seperti ini seakan mengindikasikan bahwa kita sadar waktu telpon bisa kurang tepat bagi si penerima, namun dirinya menyadari ada hal penting harus disampaikan. 

Si penerima pun bisa memaklumi dan memberikan penilaian positif bahwa si penelpon memahami etika berkomunikasi.

3. Jangan Telepon Berulang Kali

Saya pernah merasa kesal ketika ada panggilan yang dilakukan di malam hari dari orang yang sama. 

Kekesalan ini karena si penelpon melakukan panggilan lebih dari 1 kali hanya untuk memastikan ulang. Alangkah lebih baik konfirmasi ulang seperti ini dilakukan keesokan hari saat sudah jam kerja.

Tidak hanya itu ada juga ketika telepon belum diangkat, dirinya menelpon berulang kali bahkan bisa lebih dari 5 kali. 

Sebaiknya jika memang telepon tidak diangkat, kita bisa meninggalkan pesan suara atau pesan singkat agar si penerima bisa menelpon balik atau membalas pesan jika tengah tidak sibuk. 

Telepon berulang kali menandakan kita tipe tidak sabaran. Apalagi jika si penerima sebenarnya ingin beristirahat sejenak, bermain game atau aktivitas lain setelah pulang jam kerja. 

4. Jika Tidak Urgent, Gunakan Pesan Singkat

Seandainya topik pembicaraan tidak terlalu penting dan hanya pemberian informasi semata. Alangkah baiknya dilakukan melaluo pesan chat.

Kelebihannya seandainya si penerima tengah istirahat atau sibuk dengan aktivitas lain. Dirinya bisa membaca isi pesan setelah tidak sibuk. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan langsung dibalas atau si penerima akan menghubungi balik. 

Atasan saya pun selalu mengingatkan saya seandainya ada sesuatu yang perlu disampaikan di luar jam kerja. Disarankan melalui pesan WhatsApp. Meski hanya bercentang satu, namun pesan saya akan tetap dibalas di saat si atasan tengah tidak sibuk atau sudah online kembali. 

5. Jangan Missed Call Dijadikan Kode

Panggilan Tak Terjawab Berulang Kali. Sumber Shutterstock
Panggilan Tak Terjawab Berulang Kali. Sumber Shutterstock

Dulu ketika masih booming Blackberry Messanger, orang banyak memberi kode dengan chat "P" atau Ping. 

Kode semacam itu agar si penerima segera membalas atau menghubungi balik si pengirim pesan. 

Kini banyak orang yang juga menerapkan kode sama dengan melakukan panggilan telepon seluler atau via panggilan online dengan maksud memberi kode melalui Missed call atau panggilan tak terjawab. 

Tida semua penerima memahami kode ini dan bahkan memanggap si penelpon bersifat iseng semata. Atau bahkan banyak pihak yang merasa terganggu dan kesal dengan tindakan missed Call sebagai kode. 

6. Jangan Telepon Terlalu Lama

Seandainya kita beruntung si penerima telepon mengangkat panggilan telepon kita meski di luar jam kerja. Sebaiknya kita perlu memperhatikan etika tambahan. 

Bila topik pembicaraan masih seputar kerjaan, kita sebisa mungkin menyampaikan topik secara singkat tanpa bertele-tele. Ini menghindari rasa penat karena kita menghubungi masalah kerjaan di luar jam kerja. 

Jujur saya pun pernah mengabaikan panggilan telepon dari rekan kerja karena menyadari ketika rekan saya menelpon pasti bertele-tele, pembahasan melebar entah kemana dan bahkan bisa lebih dari 1 jam. 

Padahal saat itu saya ingin segera istirahat setelah sampai di rumah namun tetap terganggu dengan panggilan dari rekan yang kurang peka seperti ini. 

Saran saya, usahakan menelpon tidak lebih dari 5 menit agar si penerima tidak merasa terganggu dan mampu memahami topik pembicaraan saat itu. 

Semakin lama yang dibahas justru akan membuat topik melebar dan si penerima telepon tidak konsentrasi mencerna topik yang dibahas. 

Cemburu Ketika Pasangan Berkomunikasi Dengan Orang Lain. Sumber Bisikan.com
Cemburu Ketika Pasangan Berkomunikasi Dengan Orang Lain. Sumber Bisikan.com

Hal lain jika kita berkomunikasi dengan lawan jenis yang sudah memiliki pasangan. Komunikasi di luar jam kerja dalam kurun waktu lama justru bisa memicu masalah baru. 

Ini pernah terjadi oleh teman saya di mana sang istri merasa cemburu karena suaminya ditelpon rekan kerja wanita meskipun topik yang dibahas masih seputar hal kerjaan. 

Kita ada kalanya perlu menempatkan diri bagaimana perasaan kita seandainya pasangan kita ditelpon oleh rekan kerja lawan jenis di luar jam kerja dengan durasi telpon lama. Pastikan ada kesal dan cemburu. 

***

Menelpon rekan kerja atau pihak lain di luar jam kerja memang sah-sah saja. Namun tetap memperhatikan etika berkomunikasi khususnya di luar jam kerja. 

Apabila memang hal yang dibicarakan bisa ditunda untuk dibahas keesokan harinya saat jam kerja, maka lakukan hal itu.

Namun jika bersifat urgent, 6 hal di atas bisa sebagai pertimbangan agar si penerima tetap nyaman menerima telpon kita dan merasa tidak terganggu. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun