Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

[Waspada] Tahun 2075 Indonesia Bukan Negara Lumbung Beras Lagi

22 April 2021   11:53 Diperbarui: 23 April 2021   16:00 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi proses petani memisahkan gabah dari beras dengan cara tradisional(Shutterstock/SERASOOT via Kompas.com)

Sejak berubahnya status negara Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju terkait perdagangan global menurut WTO tahun 2020 menjadi tanda bahwa ke depannya Indonesia kian diperhitungkan sebagai negara tujuan investor. 

Semakin banyaknya investor industri yang masuk mau tidak mau maka Indonesia perlu memfasilitasi investor dari berbagai aspek termasuk lahan pembangunan. Lahan pertanian milik petani lokal tentu menjadi lahan yang akan banyak diincar oleh investor maupun pengembang. 

Jika ini terjadi, 50 tahun ke depan penyusutan lahan pertanian akan meningkat drastis. Bersiaplah akan merindukan suasana hijaunya persawahan yang telah tergantikan dengan bangunan besar nan megah. 

***

Itulah 3 analisa saya mengapa ada kekhawatiran akan terjadinya kerentanan keamanan pangan (food security) di Indonesia. Tidaklah salah jika saya menilai tahun 2075 akan muncul masalah baru di mana Indonesia akan terdepak sebagai negara lumbung padi ASEAN. 

Negara Thailand, Vietnam dan Myanmar kini bahkan mampu gencar melakukan ekspor beras ke berbagai negara di Indonesia. Situasi ini menandakan bahwa ketersediaan beras di negara ASEAN dapat tercukupi dari 3 negara ini tanpa harus memandang posisi Indonesia. 

Sangat disayangkan potensi lahan pertanian yang luas saat ini semakin lama kian menyusut ditambah pandangan masyarakat bahwa profesi petani masih dianggap profesi bawahan. Generasi muda pun kian enggan memajukan pertanian di desanya. Mereka lebih senang berlomba meniti karier di kota atau bahkan luar negeri dibandingkan membantu orang tua mengolah lahan pertanian. 

Semoga pemerintah bisa mulai membuka mata terhadap fenomena ini dan mampu mengeluarkan kebijakan pro petani lagi serta mengubah stigma masyarakat dengan menjadikan profesi petani kian diminati. Apalagi banyak universitas yang berhasil mencetak sarjana ahli pertanian yang siap mendukung kemajuan pertanian Indonesia. 

Bagaimana pandangan sobat Kompasiana terkait keamanan pangan Indonesia dikemudian hari? Apakah ada ketakutan yang sama dengan saya? Yuk kita sharing di kolom komentar.

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun