Ketika terjadi bencana banjir di Kalimantan maka janganlah menyalahkan alam namun sejatinya kita sendirilah yang menyebabkan bencana tersebut. Kita sudah tahu bahwa pohon memiliki peran vital untuk menjaga struktur tanah, menyimpan cadangan air khususnya disaat hujan namun ketika pohon sudah banyak yang ditebang maka tidak ada lagi yang mampu menyimpan air saat hujan sehingga banjir tidak dapat dielakan lagi.
Hutan di Indonesia yang kian menipis, polusi udara akibat aktivitas manusia tetap meningkat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Es kutub mencair sehingga air permukaan laut meninggi ditambah terjadinya cuaca ekstrem menyebabkan terjadinya rob air laut yang melanda daerah tepi laut. Siapa lagi yang perlu disalahkan? Ya manusia itu sendiri
Wajar bila muncul anggapan bahwa bencana yang terjadi dapat sebagai hukuman bagi manusia karena sifat keserahan dan ketidakpedulian terhadap kelestarian lingkungan. Ini semakin menegaskan pandangan saya bahwa ke depannya bukan lagi kita berhadapan dengan harimau, serigala, atau hewan buas lainnya karena hewan ini suatu saat bisa menghilang. Justru manusia lah yang menjadi sosok yang paling berbahaya karena mereka berusaha memenuhi nafsu duniawi tanpa memikirkan jangka panjang.
Hal kecil ketika berbelanja ke warung kecil yang hanya berjarak 100-200 meter dari rumah saja kita selalu menggunakan motor. Padahal dengan berjalan kaki tidak sampai 5 menit. Padahal kita tahu kendaraan motor yang kita pakai menghasilkan emisi yang dapat polusi udara. Justru meskipun kita tahu, kita lebih nyaman tetap menggunakan motor untuk bepergian jarak pendek.Â
Aktivitas lainnya terlalu banyak tugas dan laporan kerja yang menggunakan media kertas. Padahal kita tahu bahwa kertas diciptakan dari pohon di sekitar kita. Nyatanya kita tetap saja salah print langsung ganti kertas baru tanpa memikirkan dampak ke depannya bagi lingkungan. Semakin tinggi permintaan kertas maka semakin banyak pula pohon yang akan ditebang.
Berharap ke depannya kita bisa mengintrospeksi diri dan mencoba memulihkan kerusakan alam agar dapat memunculkan bencana dikemudian hari. Meskipun ini terasa sulit namun tidak ada kata terlambat selagi kita memiliki niat besar untuk memulihkan kerusakan alam tersebut. Jika tidak sekarang, mau kapan lagi? pertanyaan kecil untuk kita sendiri