Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Daftar Kejutan-kejutan Kecil Pemilu 2019, Mungkin Anda Setuju

17 April 2019   20:18 Diperbarui: 17 April 2019   20:36 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jari Ungu Tanda Partisipasi Pemilu. Sumber BeritaMagelang

Pelaksanaan Pemilu 2019 memang terasa berbeda dan semakin meningkatkan antusias masyarakat untuk berpartisipasi pada Pemilu. Ini karena Pemilu 2019 menjadi pelaksanaan Pemilu pertama yang melakukan yang menggabungkan antara Pemilihan Legislatif (Pileg) seperti DPRD Kota/Kabupaten, DPRD Provinsi, DPR RI maupun DPD serta Pemilihan Presiden (Pilpres) secara bersamaan. Pelaksanaan Pileg dan Pilpres secara bersamaan telah menciptakan euforia tersendiri  di tengah masyarakat sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pemilih dibandingkan beberapa Pemilu sebelumnya.

Sadar atau tidak, muncul berbagai kejutan ditengah pesta demokrasi 5 tahunan ini. Berikut beberapa kejutan yang saya tangkap dengan mengaju pada berbagai sumber pemberitaan media nasional maupun hasil quick count lembaga survey di Indonesia. Apa saja itu?

1. Partai Hanura menjadi partai yang terancam terdepak dari Senayan.

Berbagai lembaga survey telah memunculkan quick count terhadap peluang partai lolos batas parliamentary thresshold sebesar 4 persen secara nasional. Tidak dipungkiri memang terjadi peningkatan batas parliamentary thresshold yang semula 3,5 persen di Pemilu 2014 dan kini menjadi 4 persen semakin membuat segenap partai politik  berusaha keras untuk mencapai batas tersebut.

Berkaca pada hasil Pemilu 2014 yang dilaporkan oleh KPU, setidaknya ada 10 partai yang berhasil meloloskan wakilnya ke Senayan seperti PDI Perjuangan (18,95%), Golkar (14,75%); Gerindra (11,81%), Demokrat (10,19%), PKB (9,04%), PAN (7,59%), PKS (6,79%), NasDem (6,72%), PPP (6,53%), dan Hanura (5,16%). Merunjuk pada data tersebut seharusnya adanya peningkatan batas menjadi 4% bukanlah ancaman terbesar jikalau tiap pengurus Parpol mampun menjaga konstituennya di tiap tingkat daerah.

Ilustrasi Partai Politik Gagal Lolos Parlemen.Sumber Indopos
Ilustrasi Partai Politik Gagal Lolos Parlemen.Sumber Indopos
Beberapa lembaga survey telah memunculkan quick count pencapaian partai politik di tingkat nasional. Ironisnya, Hanura menjadi partai yang paling terancam karena hasil yang diinformasikan oleh berbagai lembaga survey berada dibawah ambang batas sebut saja Indikator Politik Indonesia dan Litbang Kompas yang mencatat perolehan Hanura dibawah 2% (Sumber data pada link). Apabila hasil terakhir KPU tidak jauh berbeda dengan data berbagai lembaga survey maka Hanura menjadi satu-satunya fraksi partai yang terhempas dari Senayan.

Saya melihat bahwa jatuhnya suara Hanura disebabkan oleh 3 hal. Pertama, Mundurnya Hary Tanoesoedibjo dalam kepengurusan Hanura dan memilih mendirikan partai baru yaitu Perindo. Mundurnya Harry Tanoe tentu berdampak signifikan terhadap pengenalan partai kepada masyarakat. Tidak dipungkiri sosok Harry Tanoe sebagai salah pemilik media massa terbesar di Indonesia mampu membangun citra partai politik secara lebih cepat melalui iklan dan promosi di media nasional. 

Kedua, munculnya partai politik baru yang menarik perhatian masyarakat. Pemilu 2019 telah menghadirkan 4 partai baru seperti Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Berkarya dan Partai Garuda. Keempat partai ini memiliki sosok yang mampu menjual dan meningkatkan elektibilitas partai sehingga diharapkan dapat mengalihkan pemilih dari partai yang telah ada. 

Sebut saja sosok Harry Tanoe sebagai pendiri Perindo sekaligus pemilik MNC Group, Grace Natalie Ketua PSI yang juga mantan jurnalis dan wartawan berita yang berusaha menarik pemilih pemuda dan mengangkat isu nasional untuk meningkatkan elektibilitas partai, Tommy Soeharto sebagai tokoh pendiri Berkarya serta Partai Garuda yang sempat diisukan memiliki keterkaitan dengan salah satu keluarga Cendana yaitu Siti Hardiyanti Rukmana. Meskipun informasi tersebut dibantah namun pemberitaan tersebut ikut menaikkan nama Partai Garuda. Hadirnya 4 partai ini khususnya Partai Perindo seakan menggerus konstituen dari suara Hanura.

Ketiga, kurang gencarnya promosi yang dilakukan oleh Hanura. Saya melihat promosi yang dilakukan oleh Hanura seakan kurang gencar jika dibandingkan partai lain ataupun partai baru seperti Perindo dan PSI. Kedua partai baru ini bahkan tidak hanya memanfaatkan media massa semata namun juga media sosial untuk menarik minat masyarakat untuk memilih. Faktor ini yang ikut mempengaruhi jatuhnya suara Hanura pada Pemilu 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun