Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

El es El Novio de Mi Hijo: Kejutan Budaya di Bogota

5 Maret 2024   10:26 Diperbarui: 5 Maret 2024   10:34 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan-jalan di Bogota memang selalu penuh dengan kejutan yang selain menyenangkan, tetapi juga terkadang membuat dahi sedikit berkerut walau usia tidak bertambah. Seperti kisah yang  terjadi di hari Senin nan cerah ini.  

Sebenarnya pagi itu saya  ingin berkunjung ke Museo Nacional de Colombia yang lokasinya sudah saya ketahui beberapa hari sebelumnya dan bisa dicapai dengan naik kendaraan tercinta, yaitu Transmilenio atau Busway versi Bogota.

Namun dalam perjalanan saya baru ingat bahwa hari Senin kebanyakan museum  tutup. Akhirnya saya melanjutkan naik  TransMilenio rute  D Ochenta uno atau D81 menuju kawasan yang sudah  saya kunjungi beberapa kali, yaitu La Candelaria   dan turun di halte San Victorino.  

Dari halte ini saya berjalan kaki sesuka hati melewati kawasan pertokoan dan  jalan -jalan yang agak sempit. Tiba-tiba saya sadar bahwa saya sepertinya sudah tidak berada di kota tua mengingat bentuk bangunan yang. Berbeda dan kebanyakan berfungsi sebagai toko bangunan dan perlengkapan listrik. Tempat ini juga bukan tujuan turis atau wisatawan dan kebanyakan yang lalu lalang adalah warga setempat.

Setelah saya melihat alamat dan nama jalan, saya baru sadar bahwa saya memang salah belok arah ketika keluar dari halte. Seharusnya saya belok kanan ketika keluar di Carrera 10 dan menuju ke jalan-jalan dengan Carrera lebih kecil karena tujuan saya di Museo del Oro adalah Carrera 6, tetapi saya belok kiri dan kini saya ada di Carrera 15.  

Akhirnya  saya balik kanan dan terus berjalan di kaki lima yang sempit dan berdebu.  Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 12 waktu Bogota yang bersamaan dengan pukul 12 malam di Jakarta.  Kebetulan saya melihat sebuah restoran lokal dengan menu di tulis sebuah papan dan ada yang  cukup menarik yaitu gambar Pollo Dorado atau ayam goreng yang kelihatan lezat.

Saya pun masuk ke dalam restoran dan mengambil tempat duduk. Restoran kecil ini hanya memiliki sekitar 10 meja dan terisi sekitar setengahnya saja.

Saya duduk di sebuah meja dan seorang perempuan dengan penampilan cukup menarik mendekati sambil menanyakan apa yang saya pesan tanpa memberikan menu.

Akhirnya saya langsung ingat Pollo adirado tadi dan juga menyebut arroz alias nasi.  Perempuan tadi sempat menawarkan carne atau daging dan juga huevos fritos (telur goreng) serta nama-nama lain yang saya tidak mengerti. Akhirnya saya saya tolak dan mengatakan Solo arroz con Pollo. Hanya nasi dan ayam.

Sedangkan untuk minuman saya memesan una botella de sgua sin gas, alias air mineral tanpa soda.

Menunggu tidak sampai 5 menit hidangan saya muncul dalam porsi yang lumayan. Selain nasi putih dan ayam goreng, ternyata hadir juga mie kuning  dan yang paling mengejutkan adalah pisang goreng atau platano frito yang  kelihatannya enak menantang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun