Lah?
Panjang juga penjelasannya. Hanya untuk memberi uraian betapa Yurianto adalah Pejabat Tinggi Madya yang satu tingkat di bawah Terawan di Kementerian Kesehatan. Walau “di bawah” Terawan, Yurianto tetap saja “orangnya Presiden” atau “orangnya Jokowi”. Jokowi dalam arti Kepala Negara, sekaligus Ketua dari Tujuh Orang Mangku Negara. Bagi yang senang uji nyali, benturkan saja Yurianto atau Terawan di media sosial. Berarti anda sedang membantu salah satu atau keduanya sekaligus.
Terawan adalah menteri yang unik. Ia adalah “spesies” yang lumayan langka. Sebab, kurang dianggap sebagai wakil dari “genetika” profesi dokter. Justru keunikan itu yang menjadikan Terawan berada dalam area out of the box seorang Jokowi. Terawan bisa disebut sebagai tokoh yang paling sesuai memenuhi kriteria Jokowinomics. Ia seorang dokter ahli, tapi bukan bagian dari mainstream kumpulan para dokter. Ya, seperti Jokowi yang banyak diserbu framing “insinyur yang hanya tukang kayu”.
Keunikan itu sekaligus kekuatan Terawan yang utama.
Pertama, pakai logika lurus saja, Terawan berarti mewakili (ketokohan) diri sendiri. Kompetensi yang dimiliki Terawan diasah lewat jenjang karier yang ia tempuh.
Kedua, Terawan berarti benar-benar pilihan Jokowi. Terawan sepadan, sesuai dan sepola dengan Jokowi. Jokowi dalam arti nilai-nilai kepemimpinan yang tentu sudah melekat selama puluhan tahun menjadi pemimpin formal. Jas atau ukuran baju yang dipakai Terawan seukuran dengan Jokowi, walau dalam keahlian atau mainstream yang berbeda.
Ketiga, Terawan pun tak berada dalam political distancing (mengutip istilah social distancing yang kini lagi booming) faksi atau kelompok politik yang saling tarik menarik. Tekanan terhadap Terawan bisa saja kuat, namun tak bakal bisa mencederai, apalagi menyanderanya. Labirin atau terowongan yang bisa dilalui untuk mempengaruhi Terawan hanya satu, yakni jalur yang hanya dilewati Jokowi.
Dalam profesi dokter, Terawan bukanlah “darah putih” sejak era Sekolah Dokter Jawa (STOVIA). Mahasiswa-mahasiswa bidang kedokteran tentu paham ini. Beberapa lama, dunia kedokteran diisi oleh keturunan kedua, bahkan keturunan ketiga, dari keturunan pertama keluarga yang menjadi dokter. Kakek, ayah, dan anak sama-sama dokter.
Terawan menerabas itu. Kampusnyapun berbeda-beda, S1 di Universitas Gajah Mada, S2 di Universitas Airlangga, dan S3 di Universitas Hassanuddin. Perjalanan yang lengkap. Pun kerja yang sangat keras. Selain dokter, Terawan adalah militer. Ia berpangkat Letnan Jenderal (Purnawirawan) TNI Angkatan Darat.
Baca buku biografi Prof Dr Mahar Madjono, sosok yang paling dihormati oleh banyak nama besar demonstran asal UI. Ibarat gunung, Mahar adalah Semeru-nya. Mahar juga menempuh jalur Tentara Pelajar. Jadi, tak perlu aneh-aneh lagi berpikir bahwa dokter yang tentara sudah pasti intel atau antek-antek politik. Kalau tak kenal Mahar, baca saja riwayat STOVIA, atau nasib mahasiswa kedokteran yang tak mau digunduli di zaman Jepang yang kemudian menjadi penuh ilmu: Soedjatmoko.
Tanggal 5 Agustus 2020 nanti, Terawan berusia 56 tahun. Masih jauh dari usia pensiun, yakni 60 tahun. Jika meraih gelar profesor, batas pensiun lebih panjang lagi, 70 tahun.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!