Mohon tunggu...
Indra Agusta
Indra Agusta Mohon Tunggu... Wiraswasta - hologram-Nya Tuhan

Cantrik di Sekolah Warga, Suluk Surakartan dan Sraddha Sala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wabah, Resistensi Desa, Dana dan Kuasa

6 Mei 2020   05:46 Diperbarui: 6 Mei 2020   05:41 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau sikap pemangku kebijakan masih saja represif dengan menggunakan tentara, polisi maupun militansi sipil desa dan perguruan silat untuk berhadap-hadapan dengan massa yang kelaparan, maka kemana lagi kalau tidak menuju kehancuran sebuah tatanan sosial.

Karena itulah, Kota-Desa harus mulai menyiapkan lagi lumbung-lumbung kebutuhan pangan supaya bisa terus sustain sampai wabah berakhir. Bisa dimulai dari padi atau bahan makanan lain yang bisa ditimbun secukupnya untuk pemenuhan kebutuhan suatu wilayah. Kalau perlu mengoptimalkan alat-alat produksi di desa-desa, kota harus bekerja sama dengan desa terdekat supaya terjadi hubungan timbal balik putaran ekonomi. Karena selama ini hanya desa yang masih mempunyai perangkat yang cukup memproduksi bahan pangan.

Selain itu juga perlu mengajak masyarakat untuk mulai menanam sayur dan bumbu-bumbu dapur untuk kebutuhan pribadi mereka. Kebijakan ini harus diterapkan apalagi wilayah perkotaan karena bisa saja ketika semua berhenti stok sayuranpun akan berhenti. 

Desa harus berfikir dalam jangka lebih panjang, setidaknya ketika hari ini mulai menanam 3-4 bulan ke depan jika keadaan tidak berubah desa lebih siap menghadapi perubahan-perubahan.

Luasnya lahan di desa ini jika dikelola dengan baik bisa menghasilkan surplus bahan pangan yang juga bisa didistribusikan ke kota-kota tentu dengan pengawalan ketat. 

Karena bisa saja terjadi seperti ketika Gempa Lombok dan bencana-bencana besar lainnya, pemalakan bantuan-bantuan pangan bisa terjadi disepanjang jalan sebelum sampai ke tujuan bantuan. Disinilah efisiensi jarak perlu diperhatikan. Akhirnya ini juga berbicara soal kerjasama lintas pemangku jabatan.


 "Di Lumbung kita menabung, datang paceklik kita tak bingung" lirik Iwan Fals ini yang menurutku pas tentang bagaimana idealitas sebuah desa dalam menghadapi perpanjangan masa penularan wabah. 

Lumbungnya apa saja? bisa mengacu kepada Permendesa selain ketahanan pangan juga menyiapkan pendidikan, hiburan,  perbaikan gizi masyarakat, pemajuan kebudayaan desa, atau stimulan seperti kelas-kelas untuk menanam, hidroponik maupun budidaya ikan dirumah dengan bahan-bahan yang efisien yang tidak terlalu memakan biaya serta prosesnya harus mudah dipahami untuk banyak pihak. 

Lumbung immaterial seperti penkondisian rasa aman melalui kegiatan keagamaan, kebudayaan, membuat geliat aktivitas yang produktif namun tetap menjaga jarak agar tetap aman. 

Juga terus menerus untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang perubahan-perubahan, update terbaru, serta meningkatkan pemahaman masyarakat soal pandemik supaya tidak terlalu menggampangkan juga tidak terlalu berlebihan dalam mewaspadai wabah.

Seperti tulisan saya terdahulu kuncinya penanganannya tetap sama Kerjasama semua pihak, untuk menimbulkan kemandirian, supaya terus mampu bertahan supaya semuanya selamat, dan menekan angka penularan wabah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun