"Samil akan kulepaskan! Penonton pasti membludak untuk menyaksikan! Brilian!"Â
Namun ide itu mendapat banyak tentangan. Protes dan perlawanan. Rombongan sirkus tak sudi tampil bersama Samil. Dan warga kota mengecam promosi memuakkan.Â
Dan malam itu akhirnya tiba. Nando menggelar pertunjukan seperti biasa. Tidak ada penonton yang menyadari kejutan yang dipersiapkan. Mereka mengira, Nando mempertimbangkan keluhan warga kota, dan membatalkan penampilan Samil.Â
"Pertunjukan harus tetap berlangsung!" Nando tanpa persetujuan, melepaskan Samil ke tengah arena untuk beraksi. Badut yang sedang beratraksi, sampai jatuh dari sepeda roda satu di tengah aksinya. Seluruh penonton terkejut!Â
"Lihatlah, Nak! Itu Samil si anjing penghibur! Ia sudah bebas sekarang! Tenanglah, ia sudah menjalani masa hukumannya, dan tak akan menggigitmu lagi!"Â
Anak itu menatap ke tengah arena dengan wajah pucat. Tubuhnya gemetar. Ia ingin mengepalkan kedua tangan. Namun jemari tangannya, sudah lama hilang akibat gigitan Samil. Hingga air matanya tumpah. Dan ia menangis tersedu-sedu.Â
Penonton menyadari, ada sesuatu yang salah dengan pertunjukan malam itu. Mereka menghentikan tawa dan sorak-sorai. Kemudian, satu persatu penonton keluar dari tempat pertunjukan. Dan suasana hening seketika.
Badut, penari, pemain akrobat dan hewan sirkus, mengikuti penonton keluar dari tempat pertunjukan. Meski mengiba, Nando tak dapat lagi menahan langkah-langkah mereka yang kecewa.Â
Nando menatap sendu pada Samil yang masih menyalak di tengah arena. Iapun melangkah mendekati anjing itu. Menarik rantai yang terpasang pada lehernya, dan menyeretnya keluar arena pertunjukan sirkus.
Bila hiburan tak lagi mengundang tawa. Dan tontonan tak lagi bermakna tuntunan. Bukankah di depan layar kita dapat memilih. Terus terpaku, atau beranjak pergi.
***
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian