"Hutang nyawa dibayar nyawa!"
Bapak tua itu ambruk ke lantai, tepat di depan sel yang mengurung tubuh dan jiwanya. Dan batinnya yang tersiksa dosa-dosa di masa lalu.Â
Derap langkah kaki mengalun semakin jauh. Terlihat seragam petugas dilempar ke lantai yang tergenang darah segar. Dan sesosok lelaki, berlari keluar ruangan menuju pintu belakang.Â
Dan iapun menghilang, bersama gumpalan asap mengepul dengan api berkobar-kobar.
Kepanikan akhirnya memasuki ruang sidang. Bunyi alarm kebakaran berdengung keras tanpa henti. Namun yang lebih mengagetkan Barry, adalah berita kematian Kirman.Â
Tangannya gemetar membereskan berkas di atas meja. Ia tak dapat berpikir jernih, meski tetap berusaha tenang. Dalam hatinya mengutuk seseorang yang telah melepaskan Kirman dari hukuman pengadilan. Dan orang itu, bukanlah dirinya.Â
Di ruang pengap di sudut bangunan pengadilan. Seorang lelaki berbadan kekar, berambut tipis, meronta-ronta dan berusaha melepaskan ikatan. Ujung tali yang melilit di tubuhnya, sudah mulai terbakar.Â
Entah nasib baik atau nasib buruk, harus dihabiskan dalam satu tegukan. Pada satu putaran kehidupan.
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.Â
Indra Rahadian