Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Kaka si Kucing Hutan dan Burung Jalak

16 Oktober 2020   22:10 Diperbarui: 10 November 2020   01:42 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syahdan disore yang tenang selepas hujan reda, mentari menyapa hangat dibalik gemericik air telaga yang mengalir melewati kaki bukit menuju kota.

Dibalik rimbun rerumputan terlihat dua ekor anak kucing hutan, bernama adik dan kaka tengah bermain, saling memeluk, saling mencakar, menggeliat manja dan berkejaran dengan ceria.

"Ibu dimana ka, hari sudah petang belum juga kembali?" Tanya sang adik.

Sang kaka menjawab, "nanti sebelum gelap pasti kembali, ibu sudah berjanji mengajari kita berburu mangsa."

Terengah-engah sang adik berlari, hingga berhenti dan menatap jauh kearah kota yang megah berdiri jauh disana. 


"Ka, apakah ibu mencari mangsa dihutan tanpa dedaunan, yang tinggi disana?" Tanya sang adik.

"Itu bukan hutan adik, itu adalah rumah-rumah manusia," jawab sang kaka sembari menghentikan lari-lari kecilnya.

Sang adik termenung sejenak, seakan mengingat sesuatu, lalu bertanya, "manusia yang sama yang merusak rumah kita?"

"Entahlah adik, bentuknya berbeda, disana rumah mereka seperti bebatuan menjulang tinggi, sementara dirumah kita dahulu, manusia hanya menanam pohon-pohon yang serupa," ujar sang kaka yang akhirnya ikut menatap kearah kota.

Kota yang megah dengan gedung-gedung tinggi menjulang, cahaya warna-warni dan cerobong asap beranekaragam, hiruk pikuk kota ditandai bunyi klakson bersahut-sahutan dan asap kendaraan berhamburan disana sini, mewarnai suasana kota disore hari itu. 

Sang adik kembali bertanya, "kaka, rumah manusia itu semakin lama semakin dekat dengan tempat tinggal kita?."

Belum sempat sang kaka menjawab, terdengar bunyi berderu mobil-mobil dan suara-suara manusia pun terdengar semakin dekat, melindas rerumputan dan bunga-bunga dipadang rumput tersebut.

"Adik sembunyi ada manusia!!" Sang kaka yang panik, berusaha memperingati sang adik yang belum sadar akan datangnya manusia.

Tiba tiba, sang adik si kucing hutan sudah tertangkap manusia, terperangkap didalam karung putih yang digunakan oleh manusia.

"Hore.. dapat anak kucing hutan," Ujar manusia yang tampak riang, karena berhasil menangkap sang adik si kucing hutan.

'Adik.. adikkk!!???" Teriak sang kaka sembari menyerang manusia yang menangkap sang adik.

Sementara sang adik tak berhenti berdesis dan meraung didalam karung, meronta-ronta ingin keluar. 

Arghhhh..!!!! Bunyi sang kaka yang semakin dalam menggigit kaki manusia , berharap sang adik segera dilepaskan.

Brukkk... terdengar suara keras, ternyata ada sosok manusia lain yang datang dan tiba-tiba menendang sang kaka si kucing hutan hingga terpelanting kebalik pepohonan, lalu pingsan.

******

Seekor burung jalak tak berhenti bernyanyi, terbang kesana kemari, menikmati alam asri yang tengah dia rasakan kembali.

Burung jalak menempuh perjalanan panjang, setelah berhasil lepas dari sangkar yang dibuat manusia, terbang tak henti mencari pohon yang aman untuk bersarang.

Dari kejauhan dia melihat seekor kucing hutan tengah terkapar dibawah pohon, karena hari sudah malam, diapun hanya memperhatikan dari atas pohon, sesekali terbang mendekat dan mematuk-matuk tubuh kucing hutan tersebut, berharap bangun dari tidurnya.

Keesokan paginya, burung jalak terbang ke arah sungai dan menyimpan air didalam paruhnya, lalu kembali ketempat si kucing hutan yang terkapar, kemudian dia jatuhkan air tersebut tepat diwajah kucing hutan.

"Hai siapa kau !?" Terkesiap si kucing hutan pun terbangun.

"Aku yang mencoba membangunkan kau, hai kucing hutan!, Dasar kucing! Semalaman kau tertidur lama sekali," omel si burung jalak.

Dengan lemas, terlihat si kucing hutan mencoba mendekati si burung jalak dan berkata. "Aku tidak tertidur, aku terlempar hingga pingsan!". 

"Kau begitu cantik, suaramu bagus, pasti nikmat sekali menyantapmu dipagi hari ini," ujar si kucing hutan seraya menatap tajam pada burung jalak.

"Kau kucing hutan atau buaya!? Kata-katamu manis sekali, tapi mengerikan mendengarnya," ucap burung jalak sambil menjauh terbang keatas dahan.

"Aku sungguh lapar, benarkah kau tak mau menjadi santapanku?" Kucing hutan pun terduduk.

"Tidak..tidak.. tidak," ucap burung jalak sambil meloncat-loncat.

"Sekarang suara burung beo kau tiru juga," ucap si kucing hutan.

Burung jalak turun dari dahan, lalu mendekati kaka si kucing hutan dan berkata, "pergilah ke rumah-rumah manusia, disana banyak tikus sebesar kucing, tentu kau akan kenyang."

"Benarkah itu, tentu aku harus berbagi dengan kucing lainnya," ucap si kucing hutan.

"Kucing disana tidak makan tikus, mereka diberi makan nasi dan ikan oleh manusia, lagipula kucing disana mengeong, tidak berdesis seperti kau," jawab burung jalak, sambil terbang berpindah hinggap diujung ranting.

"Darimana kau tahu?" Tanya si kucing hutan.

"Aku berasal dari rumah manusia, aku pergi ingin bebas," jawab burung jalak.

"Kenapa? bukankah enak diberi makan oleh manusia?" Si kucing hutan bertanya dengan rasa penasaran.

"Tidak! Aku tidak mau, aku mau bebas tidak ingin hidup dalam sangkar selamanya," jawab burung jalak sambil mengibaskan sayapnya.

"Kau tahu apa yang manusia lakukan kepada merpati dan belibis, mereka dipotong seperti ayam, lalu anjing, ular dan kucing sepertimu, kadang mereka potong dan makan juga!" Lanjut burung jalak.

Seperti belum terpuaskan, kaka si kucing hutan kembali bertanya, "kenapa manusia begitu rakus!?, Ibuku bercerita, mangsa mereka ayam dan tumbuhan, apakah belum cukup!?".

"Kemana Ibumu!?". Tanya burung jalak.

"Aku tak tahu, sepertinya bernasib sama seperti adik, saudaraku yang ditangkap oleh manusia," jawab kaka si kucing hutan dengan lemas.

******

Kaka si kucing hutan melangkah mengendap-endap, matanya menyorot tajam pada seekor tikus yang sesekali keluar dari lubang pohon didekat akar menjalar.

Hap.. sekali terkam tikus pun berhasil ditangkap, kaka si kucing hutan mendapatkan mangsanya dengan cekatan, menyelamatkan perutnya dari rasa lapar dihari itu.

Selesai mengisi perutnya, kaka si kucing hutan dikejutkan dengan ocehan burung jalak, yang semakin dekat dan semakin keras.

"Sebaiknya kau cepat berlari hai kucing hutan!" Ucap burung jalak yang terbang melintas diatas si kucing hutan.

Menyadari akan bahaya yang mengancam, kaka si kucing hutan segera berlari masuk kedalam rerumputan tinggi yang terhampar hingga jauh ketepi hutan.

Kaka si kucing hutan berlari cepat sekali, hingga sebuah perangkap jerat kawat ditepi hutan menghentikan kaki mungilnya untuk terus berlari.

Beruntung, kaki si kucing hutan tak sampai terjerat dijepit kawat yang sering memakan korban harimau yang mengejar babi hutan, meskipun kakinya terluka dan tak bisa lagi berlari.

Burung jalak bersedih melihat hal itu, diapun segera terbang berputar arah dan hinggap diatas pohon, menunggu manusia yang sedang mencari si kucing hutan.

"Semoga kau tidak akan memangsaku! jika aku membantu menjauhkan manusia darimu hai kucing hutan," dalam hati burung jalak berkata, sebelum memutuskan untuk membantu si kucing hutan terjauh dari ancaman manusia.

Sesosok manusia yang sama, yang menangkap sang adik si kucing hutan tengah berjalan mengendap-endap sambil membawa karung dan balok kayu ditangan, mendekati tepi hutan, dimana kaka si kucing hutan tengah menjilati kakinya yang terluka.

Lalu terdengarlah bunyi "Kuk kuk kur... kuk kuk kur," burung jalak menirukan suara burung tekukur.

"Ah hanya burung tekukur, tak laku jika dijual!" Ujar manusia itu sambil terus mencari kucing hutan.

Burung jalak pun berganti menirukan suara burung lainnya, "krukuk.. kuk kruk.. krukuk kuk kruk.. kuk."

Manusia itu mulai menghentikan langkahnya dan mendengarkan baik-baik suara tersebut, "itu burung perkutut, harganya mahal."

Saat manusia tersebut akan memulai langkahnya kembali, dari kejauhan terdengar sosok manusia lain memanggil. 

"Hoii..Sedang apa kamu disitu!? bukannya kerja!! masih banyak pohon yang harus ditebang!!" Semakin jelas terdengar.

"Baik pak mandor," manusia tersebut menjawab seruan tersebut seraya menjauh dari tepi hutan.

Selamatlah kaka si kucing hutan, berkat burung jalak yang pandai menirukan suara burung lain.

*****

"Terimakasih hai burung," ucap si kucing hutan.

Sambil beringsut dari tempatnya, kaka si kucing hutan pun kembali bertanya, "bagaimana kau bisa meniru suara burung lain!?, burung apa kau sebenarnya?"

Burung jalak terbang turun kebawah, mendekati si kucing hutan dan menjawab, "manusia memberikan nama jalak padaku hai kucing hutan, dan aku bisa menirukan suara burung lain yang pernah ku dengar dari dalam sangkar."

"Lantas apakah kau punya nama?" Burung jalak pun bertanya.

"Namaku kaka si kucing hutan biasa ibu memanggilku," jawab si kucing hutan.

Burung jalak pun terbang keatas, sebelum bertambah jauh dia berkata pada kaka si kucing hutan, "aku harus menemukan pohon besar untuk membuat sarang, selamat tinggal hai kaka si kucing hutan."

Kaka si kucing hutan yang menyaksikan burung jalak terbang menjauh, mulai beranjak bangkit lalu berkata. "Selamat tinggal burung jalak, akupun harus segera pergi, menjauhi rumah-rumah manusia yang semakin dekat."

Dari rimbun pepohonan dan akar-akar rambat yang menjuntai, terlihat kaka si kucing hutan pun berjalan dengan gontai menahan sakit pada kakinya, lalu perlahan-lahan menghilang dari pandangan, ditelan rerumputan tinggi yang menjulang menari.

*******

Alih fungsi hutan lindung dan lahan pertanian menjadi perkebunan industri dan bangunan rumah, pabrik, gedung perkantoran dan pusat niaga, lambat laun akan menggerus habis habitat satwa liar.

Ditandai semakin berkurangnya populasi hewan dialam liar yang masih bertahan, sementara hewan langka tinggal menunggu punah, dan mungkin dimasa depan anak cucu kita hanya dapat melihat aneka ragam satwa hanya didalam kebun binatang.

Tentunya manusia sebagai mahluk beriman harus mencegah hal itu bertambah buruk, berbaik hati dan pedulilah pada sesama, pun kepada seluruh mahluk ciptaan Nya.

*Referensi alternatif untuk dongeng anak sebelum tidur.

#hari hak asasi hewan Indonesia.

#bulan bahasa dan sastra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun