Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Trofi Juara Bukan Indikator Utama Jadi Pemain Hebat

16 Oktober 2018   10:40 Diperbarui: 16 Oktober 2018   10:55 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Giuseppe Signori | squawka.com

Bahkan sejumlah pemain yang sepanjang kariernya tak pernah satu kali pun meraih trofi bergengsi masih dianggap sebagai pemain terbaik hingga ada yang disebut legenda. Ya, sejumlah pemain besar memang ada yang sepanjang kariernya tak pernah sekalipun merasakan gegap gempita perayaan gelar juara.

Steven Bull misalnya, nama ini mungkin terdengar asing sekarang. Namun Bull bukanlah pemain sembaranga di mata publik sepakbola Inggris. Pemain yang mendapat gelar bangsawan dari Kerajaan Inggris ini ialah mantan bomber subur untuk klub Wolverhampton Wanderers.

Torehan prestasi Bull memang bukan untuk klubnya, lebih kepada torehan pribadinya. Ia tercatat memiliki rekor 18 hattrick untuk Wolverhampton Wanderers dan sepanjang kariernya, Bull mengoleksi 271 gol. Sayang gol-gol tersebut tak mampu membawa Bull merasakan kegembiraan jadi juara satu kompetisi.

Selain Bull, ada tiga nama pesepakbola Italia yang tentu saja bukan pemain sembarangan yakni Giuseppe Signori, Antonio Di Natale, serta Luigi Di Biagio. Tak ada yang bisa menampik jika ketiga pemain di atas ialah legenda untuk sepakbola Italia, mereka pemain besar.

Sayang ketiganya pun sepanjang kariernya tak pernah merasakan trofi bergengsi. Signori misalnya, eks pemain Lazio ini pernah menyabet tiga gelar capocannoniere (top skor Serie A Italia) musim 1992--93, 1993--94, dan 1995--96. Dari ketiga musim itu, Signori membela 1 klub Lazio, apakah Lazio mampu ia antarkan meraih scudetto? Tidak.

Torehan 26 gol Signori di musim 1992-93 hanya mampu tempatkan Lazio di peringkat 5, di musim berikutnya jumlah gol Signori menurun menjadi 23 namun peringkat Lazio bertengger di peringkat 4, sedangkan di musim 1995-96, Lazio hanya berada di peringkat ke-3.

Capaian terbaik Signori hanyalah mengantar Bologna juara UEFA Intertoto Cup pada 1998, serta harus merasakan pahit ketika Italia gagal di final Piala Dunia 1994 akibat tendangan penalti Roberto Baggio yang membentur mistar gawang Brasil di babak adu penalti.

Bicara soal pahit di partai final juga dirasakan Di Natale dan Di Biagio. Di Natale yang menyandang status top skor Serie A di dua musim 2009--10, 2010--11 gagal antarkan Italia menjadi juara Euro 2012 setelah di partai final dibantai Spanyol empat gol tanpa balas. Sedangkan Di Biagio merasakan pahitnya gagal di final Euro 2000 saat kalah dari Prancis lewat gol emas David Trezeguet.

Selain keempat nama di atas, masih banyak sejumlah nama besar di lapangan hijau yang juga tak pernah merasakan meraih trofi. Ada nama Stan Collymore, gelandang energik Jerman, Bernd Schneider, legenda untuk Southampton, Matthew Le Tissier, pemain Turki, Yildiray Basturk, serta mantan gelandang Newcastle United, Rob Lee.

Meski para pemain ini tak pernah meraih gelar juara apalagi masuk nominasi pemain terbaik dunia versi FIFA atau Ballon d'Or, prestasi individu dan nama besar mereka tetap dianggap oleh publik sepakbola. Mereka ialah pemain-pemain besar yang bisa dikatakan, the right man in the wrong place.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun