Mohon tunggu...
Didi Irawan
Didi Irawan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Semua adalah pemenang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebesaranmu Ya Allah

7 Februari 2012   08:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:57 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328601334630965144

Icas, seorang pemuda yang punya prestasi akademik cukup menonjol di kampus. Hari itu  ia sangat senang melihat pengumuman lulus tes disebuah perusahaan pertambangan besar yang memang sejak awal kuliah diimpi-impikannya. Sujud syukur tak lupa ia lakukan..berterima kasih kepada tuhan dan kedua orang tuanya atas segala perhatian, dukungan serta doa yang selama ini diberikan. Icas tipe seorang pemuda  pekerja keras dan bertanggung jawab, sehingga walaupun kompleks perusahaa dimana ia ditempatkan  cukup sepi dan jauh dari perkampungan,  ia tetap tabah dan berusaha menyesuaikan diri. Tahun berganti tahun..Icas tetap jadi seorang anak yang dibanggakan orang tua dan keluarga, tak lupa membagi dan mengirim orang tuanya ketika mendapatkan rejeki dari hasil jerih payahnya diperantauan. Waktu itu menjelang tahun ke empat lebaran Idul Fitri Icas tidak pulang. Selama ini Ibunya sebisa mungkin menahan rasa rindu demi Cita-cita yang diimpikan Putranya. Tapi entah kenapa untuk lebaran kali  ini sang Ibu sepertinya tak kuasa lagi..hampir tiap hari ia menelpon Icas menjelang -10 Lebaran Idul Fitri. "Nak, Minggu besok pulang ya..Ibu kangen. Kangen buka puasa dan sahur bareng sama Icas?? Lebaran tahun ini dirumah aja, rame kok ntar nak..Ade mu juga yang dijakarta juga pulang. Kita sholat Id  bareng, Ibu kangen sekali". Dengan berusaha menahan tangis ia berusaha membujuk. Agak kurang enak hati Icas berucap " iya ibu sayang..Icas pulang kok, tapi tahun depan aja ya??Ntar Icas punya Surprise ko buat Ibu  ucapnya". Emang kadang sang Ibu susah membujuk Icas yang memang sedari kecil punya kemauan keras, ditambah rasa sayang yang begitu besar pada putra satu-satunya ini. Ketika malam Idul Fitri pun tiba, Icas mengikuti takbiran di masjid kompleks perusahaan. Entah kenapa..dari sehabis maghrib perasaannya sudah kurang  enak, kumandang takbir sedikit menguatkan. Ketika  pulang dari masjid, Ia bergegas mengambil handphone yang emang sengaja ia tinggalkan. Dilihatnya log panggilan..banyak  panggilan tidak terjawab dari papa , adik, dan keluarganya. Selang beberapa saat  adiknya menelpon lagi, dan langsung diangkatnya "assamualaikum..ada apa de?". Jawabnya. Terdengar jawaban dari adenya sambil terisak-isak menangis "Kak, Ibu kak..Ibuuuu," tak kuasa lagi adenya melanjutkan kata-kata. "emang kenapa dengan Ibu  de?". Ia pun ikut menangis terbawa suasana."ni papa nak, kamu malam ini juga pulang ya??malam ini juga??"terdengar suara papanya disaluran telpon. "Iya pa..icas pulang malam ini juga". Tanpa pikir panjang, ia pun bergegas memasukkan pakaian ke dalam tas sambil bertanya-tanya ada apa gerangan, sepertinya ada sesuatu yang tak kuasa  diucapkan papanya ditelpon. Setelah minta ijin dan menjelaskan pekerjaan yang akan ia tinggalkan pada rekan se Timnya, ia pun menuju bandara. Dengan perjalanan panjang dan cukup melelahkan, karena harus transit di beberapa kota akhirnya ia pun sampai dikampung halamannya ketika hari menjelang sore. Bergegas ia turun dari angkot pas di depan rumahnya..tampak suasana rame yang tidak seperti biasanya. Dengan perasaan gundah  tanpa sadar ia berteriak dan menangis "Ibu, Ibu.......ini Icas buuuu....". Sontak orang yang lagi berkumpul kaget berusaha menahan dan menenangkan. Papa  dan adenya pun memeluk dengan tetap berusaha tegar. "Nak..sabar ya, mungkin ini sudah janji dan takdir yang telah digariskan pada ibumu..ibumu sudah mendahului kita, ia sudah tenang di alamnya. Ini tinggal menunggu kamu..sudah siap diberangkatkan ke pemakaman". Ucapnya lirih sambil berusaha menyabarkan sang buah hati. Icas pun semakin terisak-isak menangis dipelukan papa dan ade nya "Papa, ade..selama ini Icas sengaja belum mau pulang, Icas nyiapin  surprise untuk papa, Ibu dan ade..Icas tabungin uang Transportasi dan Akomodasi yang disediain Perusahaan  untuk kita sekeluarga naik haji tahun depan". Papahnya dengan berurai air mata "Ia nak..kami tau Icas adalah anak baik dan berbakti. Ibumu akan senang dan akan sangat bangga padamu, sekarang berusaha ikhlas ya nak?" Sambil berusaha meresapi apa kata papanya..ia berusaha menguatkan hati menerima kenyataan. Mungkin ini hal terbaik dan terindah buat ibu yang direncanakan Tuhan. Hanya satu yang terasa mengganjal, permintaan Ibunya untuk sahur, buka puasa, dan sholat Idul Fitri bareng yang tak sempat  ia tunaikan. Mengingat itu ia pun berucap..Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar. Tiada kekuatan dan kelebihan pada diri yang melebihi kekuasan Nya...Allahuakbar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun